Harga BBM Subsidi Naik, Investasi Harus Ditata Lagi

Selasa, 06 Maret 2012 – 08:09 WIB

JAKARTA - Pelaku pasar saham mulai menganalisa ulang portofolio dan peluangnya terkait rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang dijadwalkan mulai April 2012. Diyakini akan terjadi pengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) karena ada dampak langsung kepada laju inflasi.

Anggota Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI), Edwin Sebayang, mengatakan dampak kenaikan harga BBM terhadap IHSG bisa dihitung dari besaran kenaikannya. "Jika harga BBM (bersubsidi) naik antara Rp 500 sampai Rp 1000 maka inflasi sampai akhir tahun diperkirakan antara 5 persen sampai 5,5 persen. Suku bunga acuan (BI Rate) masih di kisaran 5,5 persen sampai 6 persen," ujarnya di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (5/3).

Dengan asumsi itu, kata Edwin, IHSG masih memiliki peluang cukup besar untuk menyentuh level 4.500 pada akhir tahun. Sebaliknya, jika harga BBM mengalami kenaikan antara Rp 1.500 sampai Rp 2.000 maka inflasi diperkirakan tembus 6,5 persen dan BI Rate berpotensi ke level 6,5 persen.

"Kalau kenaikan Rp1.500 sampai Rp2.000 itu bisa menjadi masalah dan acuan outlook inflasi akan berubah. Indeks paling hanya bisa sampai 4,150," jelasnya.
       
Terkait BBM ini, kata Edwin, sejak akhir tahun memang sudah menjadi perhatian sehingga menjadi salah satu dasar pertimbangan outlook investasi 2012. Namun saat itu wacana yang berkembang adalah pembatasan BBM bersubsidi. "Sekarang kan jadinya kenaikan, maka saya kira kita perlu hitung kenaikannya itu berapa," terusnya.

Ketua Umum AAEI, Haryajid Ramelan, mengatakan investor juga akan menunggu kepastian dari rencana kenaikan tarif dasar listrik (TDL) yang sudah dalam tahap pembahasan. "Selama belum ada kepastian IHSG berpotensi mengalami volatile jangka pendek. Nanti juga perlu dihitung berapa dampak TDL ini terhadap inflasi," terangnya.

Pengajuan kenaikan TDL sampai saat ini ada di kisaran 10 persen sementara kuat kabar bahwa Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyetujui antara 5 persen sampai 7 persen. "Tapi ini kita bisa lihat dari dua aspek. Aspek lainnya ini yang harus kita perhatikan juga yaitu jika terjadi kenaikan BI Rate maka bisa picu capital inflow juga dan akhirnya ada kenaikan terhadap IHSG," paparnya.

Research Analyst E Trading Securities, Andrew Argado, mengatakan kenaikan harga BBM memang bisa berdampak kepada beberapa sektor saham di antaranya transportasi dan consumer goods atau barang konsumsi. Meski begitu harus tetap jeli dalam menganalisanya.

"Ketika kenaikan harga BBM terjadi itu apa naik juga harga avtur? Saya rasa tidak. Maka tidak berdampak langsung ke perusahaan penerbangan," ungkapnya.
       
Hanya saja, dampak tidak langsungnya tetap ada karena sebelum sampai ke pesawat terbang konsumen tetap akan menggunakan transportasi darat. Begitu pun setelahnya. "Ke sektor barang konsumsi juga sama. Tetapi sejauh kinerjanya baik maka tidak ada masalah besar," imbuhnya.(gen)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Biogas Kurang Diminati Konsumen


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler