Harga Beda Tipis, SPBU Asing Lebih Dilirik

Senin, 02 April 2012 – 10:44 WIB

BOGOR-- PT Pertamina kembali menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi jenis pertamax mulai 1 April kemarin. Pengusaha khawatir, konsumen akan beralih membeli pertamax di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) asing ketimbang di SPBU Pertamina.

Sebelumnya, masyarakat bisa sedikit bernapas lega dengan keputusan pemerintah menunda kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi (premium dan solar) yang rencananya dimulai 1 April 2012. Imbasnya, harga BBM nonsubsidi dinaikkan sebesar Rp600 per liternya. Kebijakan itu diberlakukan mulai Minggu (1/4).

Sebelumnya, harga pertamax hanya Rp9.650 per liter, lalu dinaikkan sebesar Rp600 menjadi Rp10.250. Sedangkan Pertamax Plus menjadi Rp10.350 per liter dari yang tadinya Rp9.750.

Menurut Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak Bumi dan Gas (Hiswana Migas) Bogor, Bahriun, kenaikan harga ini sangat memberatkan. Maka dari itu, pihaknya meminta Pertamina melakukan peninjauan ulang. Pasalnya, dengan harga baru ini, dikhawatirkan konsumen akan beralih ke SPBU asing yang kini jumlahnya ada tiga unit di Bogor.

“Saat ini harga di SPBU asing lebih murah. Bedanya antara Rp100-Rp200 per liter. Ditambah lagi pelayanan dan kualitas BBM mereka lebih bagus,” kata Bahriun kepada Radar Bogor (group JPNN).
 
Tak hanya itu, kekhawatiran lain juga muncul. Yakni pengguna pertamax malah akan pindah ke premium karena perbedaan harganya sangat jauh. Kini, karena batal dinaikkan, harga premium per liternya Rp4.500. Jika kondisi itu terjadi, maka beban subsidi pemerintah akan semakin tinggi.

Lebih lanjut dia mengatakan, pada hari pertama diberlakukannya kebijakan kenaikan BBM nonsubsidi kemarin, belum terjadi perubahan omset secara signifikan. “Sekarang sih memang belum ada perubahan. Tapi ke depan pasti akan ada perubahan. Nanti semakin banyak masyarakat yang beralih ke premium,” tukas Bahriun.

Dia menambahkan, saat ini rata-rata konsumsi pertamax di setiap SPBU di Bogor sebanyak 2 ribu liter per hari, sedangkan premium  22 ribu liter per hari.
Terpisah, Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Bogor M. Ischak Abdul Rojak mengatakan, karena BBM bersubsidi tak jadi dinaikkan, maka penyesuaian tarif angkutan dalam kota (angkot) pun otomatis dibatalkan.

Sebelumnya, Organda bersama Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (DLLAJ), Bagian Perundang-undangan dan Bagian Perekonomian Setda Kota Bogor telah melakukan kajian mengenai penyesuaian tarif angkot bila harga BBM jadi dinaikkan.

Dengan estimasi kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar Rp1.500 per liter, dari yang awalnya Rp4.500 menjadi Rp6.000, maka penyesuaian tarif angkot direncanakan Rp500.

“Kalau kenaikan harga BBM sebesar Rp1.500 per liter, maka penyesuaian tarif angkot harus naik sebesar Rp500. Tapi kami bersyukur kenaikan BBM-nya tidak jadi diberlakukan 1 April ini. Sehingga penyesuaian tarif juga tidak dilakukan,” katanya (nad)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pasar Ekspor Dongkrak Massa


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler