Harga Beras Tinggi di Tengah Skandal Demurrage, Bulog-Bapanas Dinilai Tidak Prorakyat

Sabtu, 27 Juli 2024 – 16:53 WIB
Marak hoaks terkait kondisi beras impor yang dilakukan oleh Badan Urusan Logistik (Bulog) yang dikaitkan dengan beras sintetis belakangan ini. Foto (ilustrasi): Ricardo/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Perum Bulog pimpinan Bayu Krisnamurthi diultimatum Kementerian Dalam Negeri atau Kemendagri untuk dapat gerak cepat mengantisipasi pergerakan harga beras yang kembali naik.

Permintaan Kementerian pimpinan Tito Karnavian harus dapat direalisasikan di tengah skandal demurrage atau denda impor beras sebesar Rp 294, 5 miliar yang menyeret Perum Bulog-Badan Pangan Nasional (Bapanas) pimpinan Bayu Krisnamurthi dan Arief Prasetyo Adi.

BACA JUGA: Bulog Tersandung Skandal Demurrage, Oligarki Dinilai Kendalikan Sistem Impor

Mengacu data panel harga Badan Pangan Nasional atau Bapanas pagi ini, harga beras premium sendiri berada diangka Rp 15.860 atau naik hingga 1,99 persen-Rp 310. Sedangkan untuk beras medium, berada di harga Rp 13.620 atau naik 0,29 persen-Rp 40 pada Sabtu tanggal 27 Juli 2024.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Esther Sri Astuti menilai pemerintah dalam hal ini Bulog harus dapat menekan kenaikan harga beras dengan memastikan jalur distribusi kepada masyarakat. Jika tidak bisa menekan kenaikan harga beras maka Bulog layak disebut sebagai Perum gagal.

BACA JUGA: Skandal Impor Beras Mencuat, Mekanisme Lelang Bulog Dinilai Omong Kosong

“Jangan sampai distribusi tidak lancar, sehingga menyebabkan harga beras tinggi,” ujarnya, Sabtu, (27/7).

Esther juga memandang pemerintah dalam hal ini Bulog pimpinan Bayu Krisnamurthi dapat mengkalkulasi dengan tepat kebutuhan beras masyarakat se-nusantara sehingga kenaikan harga juga dapat diredam.

BACA JUGA: Skandal Bapanas-Bulog Gate 2024 Dinilai Berpotensi Bebani Devisa Negara

“Kalau itu sudah dipenuhi, baru kita bicara distribusi,” tandasnya.

Sebelumnya, Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mendesak Perum Bulog segera stabilisasi harga beras seiring tren kenaikan harga yang mulai terjadi di musim kemarau.

Plt. Sekretaris Jenderal Kemendagri Tomsi Tohir menegaskan bahwa secara historis kenaikan harga beras cenderung terjadi pada Juli saat musim kemarau tiba.

Oleh karena itu, menurutnya, Perum Bulog bisa segera melakukan antisipasi dalam menjaga stabilitas harga beras secara nasional.

Adapun, Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP), menunjukkan bahwa kenaikan harga beras terjadi di 32,22% wilayah di Indonesia pada pekan ketiga Juli 2024.

Sekedar informasi, Studi Demokrasi Rakyat (SDR) melaporkan Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi dan Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi terkait dugaan mark up (selisih harga) impor 2,2 juta ton beras senilai Rp 2,7 triliun dan kerugian negara akibat demurrage impor beras senilai Rp 294,5 miliar ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) RI, Jakarta, Rabu (3/7).

Direktur Eksekutif Studi Demokrasi Rakyat (SDR) Hari Purwanto meminta KPK dapat segera memeriksa Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi dan Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi sebagai pihak yang paling bertanggung jawab terkait dua masalah tersebut.

"Kami berharap laporan kami dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan untuk Bapak Ketua KPK RI dalam menangani kasus yang kami laporkan," kata Hari di depan Gedung KPK, Jakarta. (dil/jpnn)


Redaktur : M. Adil Syarif
Reporter : Muhammad Cholid Ridwan Abubakar Sangaji

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler