Harga Daging Sapi Mahal, Daging Kerbau Bulog Bisa Jadi Pilihan Saat Lebaran

Rabu, 27 April 2022 – 14:23 WIB
Badan Urusan Logistik (Bulog) menyatakan hingga Lebaran 2022 sebanyak 36 ribu ton daging kerbau akan tiba di Indonesia. Ilustrasi Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Perum Bulog mendapat penugasan dari pemerintah untuk mengimpor daging kerbau beku sebanyak 100 ribu ton.

Upaya ini dilakukan sebagai alternatif untuk masyarakat yang tidak bisa membeli daging sapi segar, karena harganya yang mahal, terlebih jelang lebaran.

BACA JUGA: Yakin Putra Siregar dan Rico Tidak Bersalah, Ustaz Derry Sulaiman Minta Bantuan, Tolong!

Dilihat dari data yang ada, kebutuhan daging bulanan rata-rata 8.000 sampai 10.000 ton. Sedangn stok milik Bulog sebanyak 36.000 ton.

"Artinya, stok daging kerbau masih cukup, bahkan tidak hanya untuk lebaran saja, tetapi cukup memenuhi kebutuhan daging hingga Mei dan Juni nanti," ujar Pengamat Pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori.

BACA JUGA: Waktu Terbaik Untuk Mencukur Bulu Kemaluan, Awas, Jangan Sampai Lewat, ya!

Dia meyakini, dengan ketersediaan stok yang mencukupi, masyarakat bisa merayakan hari IdulFitri dengan menikmati santapan yang sama nikmatnya.

Apalagi, harga daging kerbau beku, lebih murah dan terjangkau yaitu sebesar Rp 80.000, dibanding daging sapi segar.

BACA JUGA: Tanggapi Kabar Penyuka Sesama Jenis, Suti Karno: Apa Perlu Saya Mengaku? Itu Pilihan Saya!

"Jadi, masih ada pilihan daging kerbau, sebagai alternatif. Pasti, tetap ada konsumennya, ada peminatnya, meskipun enggak sebesar (konsumen) daging sapi," katanya.

Harga ini juga mengacu pada Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No.7 Tahun 2020. Karenanya, Pemerintah mencoba mencari alternatif daging yang harganya lebih murah.

"Ketemulah daging kerbau. Yang potensial dari India. Tetapi, sejak 2017 tidak pernah tercapai harga daging sapi segar sesuai acuan itu," ungkapnya.

Hal ini dikarenakan, harga daging sapi memang sudah mahal dari negara asalnya.

Begitu juga, daging dari produksi lokal maupun sapi bakalan, yang dibesarkan dan dipotong di dalam negeri.

"Sebenarnya, sapi yang siap potong itu jumlahnya banyak, tapi nggak marketable. Nggak setiap saat bisa masuk ke pasar. Itu saya kira, yang juga membuat stok terbatas dan membuat harganya jadi tinggi," jelasnya.

Selain itu, pemerintah juga sudah melakukan mobilisasi sapi dari sentra-sentra yang ada di Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

Khususnya, untuk memenuhi kebutuhan daging di Jabodetabek dan Bandung Raya, yang kebutuhan konsumsinya tinggi.(chi/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Yessy Artada

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler