jpnn.com, JAKARTA - Harga emas menguat ke level tertinggi dalam satu minggu pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB).
Kenaikan harga emas merupakan imbas USD yang lebih lemah dan sentimen penghindaran risko (risk off) di pasar ekuitas.
BACA JUGA: Harga Emas Kembali Anjlok, Emak-Emak Yuk Borong!
Permintaan pada emas pun terkerek karena dinilai lebih aman.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, terangkat UAD 9,2 atau 0,52 persen, menjadi ditutup pada USD 1.776,60 per ounce.
BACA JUGA: Jual atau Beli? Cek Dulu Harga Emas Acuan Hari Ini
Analis OANDA Craig Erlam mengatakan investor banyak penghindaran risiko di pasar dan emas tampaknya mendapat manfaat dari itu.
"Cukup sering kita melihat USD berjalan dengan baik dalam kondisi ini yang menyeret emas, tetapi kita melihat yang sebaliknya hari ini,” kata Erlam.
BACA JUGA: Harga Emas Berbalik Drastis, Meroket, Jadi Sebegini
Dia menilai investor menjadi sedikit gelisah soal waktu pengurangan sokongan ekonomi atau tapering Bank Sentral AS yang belum pasti.
Indeks USD yang mengukur greenback terhadap enam mata uang saingannya turun 0,3 persen, membuat emas lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Indeks-indeks utama Wall Street juga jatuh karena investor beralih dari saham teknologi dalam menghadapi kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah.
Lalu ada kekhawatiran baru atas ketengan AS-China terkait Taiwan.
China menyalahkan Amerika Serikat pada Senin (4/10/2021) atas meningkatnya ketegangan atas Taiwan dan bersumpah untuk "menghancurkan" setiap plot separatis.
Hal ini mencuat ketika pulau itu melaporkan serbuan terbesar yang pernah dilakukan oleh angkatan udara China ke zona pertahanan udaranya dengan 52 pesawat.
Investor sekarang menunggu laporan data penggajian (payrolls) non-pertanian AS September yang akan dirilis pada Jumat (8/10/2021).
Diperkirakan akan menunjukkan peningkatan berkelanjutan di pasar tenaga kerja, yang dapat mempengaruhi jadwal Federal Reserve (The Fed) melakukan tapering.
Analis senior di ActivTrades Ricardo Evangelista mengatakan pengurangan stimulus bank sentral dan kenaikan suku bunga mengangkat imbal hasil obligasi, meningkatkan peluang kerugian memegang emas tanpa bunga.
"Selera risiko akan terus memberikan arah jangka pendek dalam hal permintaan safe-haven menjelang laporan data penggajian non pertanian AS pada Jumat (8/10/2021)," kata Evangelista.
Akhir pekan lalu, Jumat (1/10/2021), emas berjangka naik moderat USD 1,4 atau 0,08 persen menjadi USD 1.758,40 per ounce.
Emas berjangka melambung USD 34,1 atau 1,98 persen menjadi USD 1.757 pada Kamis (30/9/2021), setelah merosot USD 14,6 atau 0,84 persen menjadi USD 1.722,90 pada Rabu (29/9/2021). (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robia