jpnn.com, SURABAYA - Anjloknya harga jual ikan membuat jumlah nelayan di pesisir utara Surabaya terus berkurang. Pengurangan terpantau di pesisir Kecamatan Kenjeran. Mereka beralih mata pencaharian.
Berdasar data Himpunan Kerukunan Nelayan Indonesia (HKNI) Kelurahan Tambak Wedi, ada 265 nelayan yang aktif melaut pada 2017. Jumlahnya berkurang 50 orang. Tahun ini hanya 215 nelayan yang dipastikan tetap melaut.
"Mereka sudah tidak lagi menjalankan perahu. Penyebabnya banyak," kata Ketua HKNI Tambak Wedi Mustofa. Lelaki itu menyebutkan, sebagian besar nelayan yang beralih profesi beraktivitas sebagai pekerja proyek pemerintahan. Sebagian lain juga telah berpindah alamat. Mereka memilih mencari nafkah di luar Kota Surabaya. Alasannya, bekerja sebagai nelayan sudah tak menguntungkan.
"Penurunan (jumlah nelayan, Red) memang dipicu jumlah dan harga ikan," tambah Mustofa. Dia menjelaskan, harga ikan anjlok jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunannya cukup tinggi.
Ambil contoh harga rajungan per kilogram. Dulu nilainya Rp 80 ribu. Sekarang harga rajungan per kilogram hanya Rp 30 ribu. "Tentu saja itu sangat merugikan nelayan," terang Mustofa.
Petugas penyuluh lapangan (PPL) Kecamatan Kenjeran DKPP Kota Surabaya Muhammad Wachid membenarkan adanya penurunan jumlah nelayan. Dia juga terus memantau kondisi tersebut. Wachid menjelaskan, ada program baru yang diluncurkan untuk membantu pencari ikan.
"Salah satunya Kusuka (Kartu Pelaku Usaha Kelautan dan Perikanan, Red). Tahun ini sudah dibagikan ke nelayan," terang Wachid. Menurut dia, ada 60 orang yang bakal mendapat kartu sakti itu tahun ini. Mereka bukan hanya nelayan. Pengusaha ikan asap juga bakal diberi jatah sebagai penerima program tersebut.
Program Kusuka memang terobosan anyar Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Aturannya baru keluar akhir 2017. Nanti kartu itu digunakan di seluruh Indonesia. (hen/c11/ano)
BACA JUGA: Gelombang Tinggi, Nelayan Pilih tak Melaut
BACA ARTIKEL LAINNYA... Akhir Tahun, Nelayan Gigit Jari
Redaktur : Tim Redaksi