BEKASI SELATAN - Bagi penggemar jengkol, siap-siap mengeluarkan kocek lebih dalam lagi. Pasalnya, sejak sepekan ini harga jengkol mengalami lonjakan mencapai Rp50 ribu dari harga sebelumnya Rp25 ribu. Harga ini pun mengalahkan harga daging ayam yang mencapai Rp26 ribu per kilogramnya.
Teguh (33) warga Pengasinan, Rawalumbu mengaku terpaksa sejak sepekan terakhir tak menjual sate jengkol. Pasalnya, harga mengalami lonjakan hingga 100 persen. Sehingga keuntungan yang didapat tak ada sama sekali.
’’Biasanya satu kilo jengkol untungnya Rp10 ribu. Tapi, sejak harga naik saya nggak menjual sate jengkol. Nggak kuat harganya. Jadi sekarang cuma jualan kikil saja,” katanya kepada Radar Bekasi (Grup JPNN), Kamis (30/5).
Lebih lanjut, kata dia, penyebab terjadinya kelangkaan jengkol di pasaran, disebabkan tak adanya pasokan dari Palembang. Kata dia, jengkol dari Sumatera Selatan itu yang biasa dijual di pasaran. ’’Katanya masih belum berkembang (berbuah), sehingga jengkol saat ini nggak ada saingan,” ujarnya.
Menurut dia, sejak sepekan terakhir ini jengkol yang ada di pasaran merupakan kiriman dari Kalimantan. sehingga, harganya pun terus mengalami lonjakan. ’’Setiap hari naik per Rp5 ribu. Mulai dari harga Rp25 ribu hingga Rp50 ribu,” katanya.
Sementara itu, Erik Hamzah (30) warga Bekasijaya, Bekasi Timur, ini mengaku semenjak harga naik kecewa, karena beberapa hari ini masakan jengkol kok tidak ada. ’’Kadang beli nasi uduk, kok nggak ada jengkol, kenapa?,” terangnya.
Namun, setelah dijelaskan pedagang, ternyata harga jengkol di pasaran mengalami kenaikan harga. Bahkan, tak tanggung-tanggung mencapai 100 persen. ’’Sambil nunggu harga turun, konsumsi pete dulu,” ujarnya.
Dia berharap pemerintah melakukan antisipasi terkait kenaikan harga kebutuhan lainnya. Sebab, menjelang kenaikan BBM dan puasa serta lebaran tak menutup kemungkinan harga kebutuhan lainnya ikut mengalami kenaikan.
’’Jangan-jangan nanti yang lain ikut naik, karena barengan dengan lebaran dan kenaikan harga BBM,” tandas penikmat jengkol ini. (adi)
Teguh (33) warga Pengasinan, Rawalumbu mengaku terpaksa sejak sepekan terakhir tak menjual sate jengkol. Pasalnya, harga mengalami lonjakan hingga 100 persen. Sehingga keuntungan yang didapat tak ada sama sekali.
’’Biasanya satu kilo jengkol untungnya Rp10 ribu. Tapi, sejak harga naik saya nggak menjual sate jengkol. Nggak kuat harganya. Jadi sekarang cuma jualan kikil saja,” katanya kepada Radar Bekasi (Grup JPNN), Kamis (30/5).
Lebih lanjut, kata dia, penyebab terjadinya kelangkaan jengkol di pasaran, disebabkan tak adanya pasokan dari Palembang. Kata dia, jengkol dari Sumatera Selatan itu yang biasa dijual di pasaran. ’’Katanya masih belum berkembang (berbuah), sehingga jengkol saat ini nggak ada saingan,” ujarnya.
Menurut dia, sejak sepekan terakhir ini jengkol yang ada di pasaran merupakan kiriman dari Kalimantan. sehingga, harganya pun terus mengalami lonjakan. ’’Setiap hari naik per Rp5 ribu. Mulai dari harga Rp25 ribu hingga Rp50 ribu,” katanya.
Sementara itu, Erik Hamzah (30) warga Bekasijaya, Bekasi Timur, ini mengaku semenjak harga naik kecewa, karena beberapa hari ini masakan jengkol kok tidak ada. ’’Kadang beli nasi uduk, kok nggak ada jengkol, kenapa?,” terangnya.
Namun, setelah dijelaskan pedagang, ternyata harga jengkol di pasaran mengalami kenaikan harga. Bahkan, tak tanggung-tanggung mencapai 100 persen. ’’Sambil nunggu harga turun, konsumsi pete dulu,” ujarnya.
Dia berharap pemerintah melakukan antisipasi terkait kenaikan harga kebutuhan lainnya. Sebab, menjelang kenaikan BBM dan puasa serta lebaran tak menutup kemungkinan harga kebutuhan lainnya ikut mengalami kenaikan.
’’Jangan-jangan nanti yang lain ikut naik, karena barengan dengan lebaran dan kenaikan harga BBM,” tandas penikmat jengkol ini. (adi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Cari Potensi Emas di Muara Bungo, Antam Terjunkan Tim Ahli
Redaktur : Tim Redaksi