Harga Karet dan Sawit Anjlok

Sabtu, 10 November 2012 – 12:39 WIB

DHARMASRAYA--Pemerintah sepertinya tidak pernah memiliki solusi yang tepat. Akibatnya, petani karet dan sawit di Kabupaten Dharmasraya saat ini mengalami kesulitan. Pasalnya, harga dua komodi andalan mayoritas warga itu, harganya terus menurun. Tak ayal, masyarakat mengeluhkan keadaan ini. Mereka berharap, pemerintah mencarikan solusi mengatasi anjloknya harga kedua komoditi ini.

Harga tandan buah sawit (TBS) di Kabupaten Dharmasraya Provinsi Sumbar sejak sebulan terakhir mengalami menurunan yagn sangat drastis. Harga sawit di tingkat petani saat ini hanya berkisar dari Rp800 hingga Rp850 perkilo. Padahal harga normalnya sekitar Rp1.500/kg.

Sementara, harga karet yang biasanya mencapai Rp12 ribu/kg hingga Rp15 ribu/kg. Namun, sekarang harga karet di tingkat petani hanya mencapai Rp10 ribu/kg. Dengan harga demikian, untuk biaya perawatan dan operasional tidak tertutupi oleh petani.

Menurut petani karet, Wan (37), mereka sangat kesulitan dengan harga karet yang anjlok ini. Pasalnya, untuk biaya operasional, seperti pupuk dan gaji tukang deres  harus dibayarkan. Sementara dengan harga karet yang hanya Rp10 ribu/kg jelas tidak mencukupi.

“Bahkan, untuk menghindari kerugian yang semakin besar, kami lebih memilih tidak menderes pohon karetnya menunggu harga karet normal kembali. Dari pada bekerja malah kami rugi,” ujarnya.

Wan berharap, pemerintah bisa mencarikan jalan keluarnya agar harga karet bisa normal kembali. Apalagi saat ini, tanggungan yang dihadapi oleh masyarakat khususnya Dharmasraya sudah sangat banyak yang harus dipikirkan.

Sementara petani lainnya, Os (40) menyebut, dengan harga sawit yang anjlok cukup besar ini, masyarakat Dharmaraya sudah menjerit. Apalagi harga operasional untuk panen dan perawatan sawit ini memang cukup besar yang kalau dengan harga  Rp800/kg jelas tidak akan mencukupi.

Dia juga berharap, kepada pemerintah mempunyai perhatian kepada petani sawit da dapat bernegosiasi terkait harga sawit ini kepada pihak perusahaan, karena kalau dibiarkan ini berlarut-larut jelas akan menyebabkan ekonomi masyarakat terganggu.

Os menambahkan, seperti diketahui ekonomi masyarakat  Dharmaraya bergantung dari hasil perkebunan yakni komuditi kelapa sawit dan karet, sekarang yang terjadi justru harga dua komuditi ini yang anjlok.

”Kami meminta pemerintah harus campur tangan dalam penetapan harga kelapa sawit dan karet ini, karena tanpa ada bergening dari pemerintah, pihak perusahaan bias seenaknya saja menetapkan harga serendah-rendahnya,” ujarnya.

Kabid Perkebunan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Dharmasraya, Syamsuardi membenarkan harga TBS kelapa sawit dan karet di Dharmasraya anjlok cukup drastis beberapa waktu terakhir. Menurutnya, hal itu disebabkan permintaan dari prudusen kurang. “Berdasarkan catatan bidang perkebunan Harga  karet  saat ini hanya mencapai Rp 10 ribu/kg dari  harga normal Rp12 ribu/Kg,” katanya.

Untuk mengantisipasi anjloknya harga ini, pihaknya sudah mengadakan rapat dengan instansi terkait seperti Dinas Koperindah dan Bagian Ekbang guna mengundang  Pemprov Sumbar tentang penentuan harga kadua komoditi. Karena, penetuan harga kelapa sawit dan karet ditentukan oleh provinsi, bukan  kabupaten/kota.

“Kami berupaya, dalam bulan ini akan mengundang pengurus KUD dan pihak perusahaan atau pabrik untuk penetapan harga kelapa sawit dan karet. Sehinga, masyarakat tidak lagi menjerit dengan harga yang turun drastis tersebut,” katanya. (hp)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PI Blok Migas Tunggu Setoran Modal Pemda


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler