Harga Kedelai Mahal, Pekerja Tahu Terancam Dirumahkan

Selasa, 27 Agustus 2013 – 09:12 WIB

jpnn.com - JOMBANG - Home industry komoditas pangan jenis tahu di Jombang terancam menghentikan produksi. Melemahnya kurs rupiah terhadap dolar AS hingga menembus Rp 11 ribu berimbas pada perajin tahu. Salah satunya, harga kedelai impor dari Brasil sebagai bahan dasar produksi tahu kini mencapai Rp 9 ribu per kilogram.

Jika kondisi itu berlanjut, bukan tidak mungkin perajin merumahkan para pekerja. Misalnya yang dialami Sugiat, perajin tahu pong dari Dusun Sawahan, Desa Sambirejo, Kecamatan Jogoroto, Kabupaten Jombang. "Harga kedelai impor sekarang sudah mencapai Rp 8.900 per kilogram. Kondisi ini jelas sangat memberatkan para perajin tahu," ujarnya kemarin.

BACA JUGA: Tahu Mulai Langka

Dengan naiknya harga kedelai impor selama tiga hari belakangan, perajin tak bisa berbuat banyak. Harga kedelai yang sebelumnya Rp 6.800 sampai Rp 7.000 per kilogram menjadi mendekati Rp 9 ribu. Meski perajin untuk sementara memilih tetap berproduksi, ongkos operasional yang dikeluarkan terpaksa membengkak.

Bahkan, sekarang mereka relatif merugi. "Dengan harga kedelai yang naik Rp 1.000 per kilogram saja, beberapa waktu lalu kami sudah mengalami kerugian Rp 2 juta per produksi. Sekarang kedelai menjadi Rp 9 ribu per kilogram, kerugian kami sudah menembus Rp 6 juta per produksi," papar dia.

BACA JUGA: Menangkan Centre Point, PN dan MA Dikecam

Kalangan perajin tahu menduga, kenaikan harga kedelai impor sebagai bahan dasar tahu itu tak lain imbas dari terus melemahnya rupiah terhadap dolar AS. Kurs terhadap rupiah menembus angka Rp 11 ribu per dolar AS.

"Sementara kalau kami mengandalkan kedelai lokal, setelah kami cari-cari, barangnya sekarang tidak ada (kosong). Entah karena distok atau apa kami tidak tahu," papar Sugiat.

BACA JUGA: Sekolah Kekurangan Kursi, Ratusan Siswa di Batam Terpaksa Lesehan

Tak hanya itu, naiknya harga kedelai impor membuat perajin sulit menaikkan harga jual tahu. Sebab, jika terpaksa dinaikkan, dikhawatirkan konsumen dan pelanggan kabur atau memilih tahu produsen lain.

"Kami belum berani menaikkan harga jual. Kalau toh dinaikkan, pelanggan justru memilih kabur karena harga jualnya terlalu mahal," terang dia.

Dengan demikian, bukan tidak mungkin perajin memilih menghentikan produksi dan merumahkan para pekerja untuk sementara jika produksi terus merugi karena harga kedelai tak terjangkau. Selama ini, untuk sekali produksi Sugiat menghabiskan kedelai impor minimal 2 ton per hari.

Hasil produksinya lantas dijual Rp 20 ribu per papan tahu atau setara dengan Rp 180 ribu per bak. Tahu-tahu pong yang juga dikenal sebagai penganan khas Jombang itu biasa dipasarkan ke beberapa daerah di Jatim. Antara lain, Madiun, Nganjuk, Mojokerto, Surabaya, dan Malang. (ris/abi/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Keraton Surakarta Geger, Pengukuhan Batal


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler