"Tempe saya jadi kurang gurih karena kualitas kedelenya jelek. Di pasaran, kedele yang dijual, kualitasnya jelek sekali," kata Taufik, salah satu pengusaha tempe di Kawasan Gandul, Senin (16/4).
Sebenarnya, kata dia, kedele kualitas baik banyak stoknya. Hanya saja, kedelenya disimpan di dalam gudang. "Itu di dalam gudang yang kedele jelek hanya satu karung saja, lainnya bagus semua," ketusnya.
Ditambahkannya, hal itu disengaja pemilik gudang karena berniat mendapatkan harga tinggi. "Mereka jualnya kedele yang jelek dengan harga tinggi pula. Jadinya tempe buatan saya jelek, padahal konsumen saya tahu kalau tempe saya enak dan gurih," keluhnya.
Harga kedele ini, lanjut Taufik, sudah dua kali mengalami kenaikan. Yang pertama saat isu akan ada kenaikan BBM. Kenaikan kedua, saat BBM tidak jadi dinaikkan.
"Kalau kenaikan pertama, saya tidak menaikkan harga tempenya karena kasihan sama pelanggan. Tapi kenaikan kedua, terpaksa saya harus menaikkan harga tempe sebesar Rp 1000. Sebab ongkos produksinya tambah besar," terangnya.
Dia khawatir harga kedele akan terus naik. Terlebih ada isu kalau BBM akan dinaikkan pemerintah. "Ya, kalau saya sih, daripada BBM tidak naik tapi harga bahan pangan tetap naik, mendingan naik saja sekalian BBM-nya. Lama-lama kita akan terbiasa juga," tandasnya.(esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kredit Macet BLUD Capai 10 Persen
Redaktur : Tim Redaksi