Harga Melonjak, Subsidi Bengkak

Sabtu, 04 Februari 2012 – 08:58 WIB

JAKARTA-Kalkulasi rencana pembatasan BBM ataupun kenaikan harga BBM sepertinya bakal makin sulit. Ini seiring dengan harga minyak yang terus merangkak naik. Dirjen Migas Kementerian ESDM Evita H. Legowo mengatakan, laporan Tim Harga Minyak Indonesia menunjukkan, sepanjang Januari 2012 lalu, harga minyak Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP) sudah menembus USD 115,91 per barel. "Jadi, naik USD 5,21 per barel dibanding harga Desember 2011 yang sebesar USD 110,70 per barel," ujarnya kemarin (3/2).

Menurut Evita, peningkatan harga minyak tersebut sejalan dengan perkembangan harga minyak mentah utama di pasar internasional yang diakibatkan oleh beberapa faktor, yaitu kekhawatiran pasar atas kondisi geopolitik di Timur Tengah akibat isu nuklir Iran. "Serta potensi terganggunya pasokan minyak Nigeria akibat ancaman dari serikat pekerja untuk menutup fasilitas produksi karena kebijakan pencabutan subsidi BBM," katanya.

Faktor lain yang juga mempengaruhi peningkatan harga minyak adalah laporan Centre for Global Energy Studies (CGES) yang menyebut persediaan minyak mentah dunia turun sehingga saat ini stok hanya cukup untuk 63 hari dan respons positif dari pasar minyak mentah dunia akibat menurunnya kekhawatiran atas krisis utang zona Eropa, setelah keberhasilan lelang surat utang yang dilakukan oleh Pemerintah Italia, Perancis, dan Spanyol.

Untuk kawasan Asia Pasifik, peningkatan harga minyak mentah juga dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan minyak mentah jenis direct burning dari Jepang dan Korea Selatan yang digunakan sebagai pembangkit listrik selama musim dingin dan membaiknya perekonomian Tiongkok yang ditunjukkan dengan meningkatnya PDB, produksi, serta penjualan barang-barang ritel.

Tren naiknya harga minyak ini tentu bakal berpengaruh signifikan bagi Indonesia. Pasalnya, sebagai negara net importer minyak, maka setiap kenaikan minyak akan berimbas pada membengkaknya subsidi energi, baik BBM maupun listrik.

Anggota Komisi VII DPR Satya W. Yudha mengatakan, kenaikan harga minyak ini harus diwaspadai, apalagi di awal tahun saja, kenaikannya sudah jauh di atas asumsi ICP dalam APBN 2012 yang ditetapkan USD 90 per barel.

"Subsidi jelas akan membengkak. Kecuali jika pemerintah mengambil keputusan untuk menaikkan harga BBM atau membatasi BBM. Tapi, harus diingat pula bahwa jika dilakukan pembatasan, maka harga Pertamax yang harus dibayar pemilik mobil pribadi juga akan naik signifikan," jelasnya.

Sebagai gambaran, dalam APBN 2012, subsidi BBM dipatok sebesar Rp 123,59 triliun dan subsidi listrik Rp 44,96 triliun, sehingga total subsidi energi mencapai Rp 168,55 triliun.

Pengamat perminyakan yang juga Direktur Eksekutif Reforminer Institute Pri Agung Rakhmanto mengatakan, setiap terjadi kenaikan ICP USD 1 per barel di atas asumsi yang ditetapkan APBN, maka Indonesia akan mencapat tambahan penerimaan sektor migas Rp 2,6 triliun. Namun, beban subsidi BBM dan listrik naik Rp 3,4 triliun. "Jadi, dengan harga BBM dan tarif listrik seperti saat ini, setiap ICP naik USD 1 per barel, negara harus nombok Rp 800 miliar," jelasnya. (owi)


BACA ARTIKEL LAINNYA... 36 KKKS Belum Capai Target


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler