Harga Minyak Goreng Tak Terbendung, Pedagang Makanan Angkat Tangan, Terpaksa Melakukan Ini 

Minggu, 20 Maret 2022 – 16:37 WIB
Ilustrasi. Pedagang makanan berharap harga minyak goreng turun. Foto: Wenti Ayu Apsari/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Pedagang makanan mengeluhkan harga minyak goreng yang tidak terbendung naik.

Kenaikan harga minyak goreng itu berdampak luas kepada masyarakat, termasuk para pedagang makanan. 

BACA JUGA: Harga Minyak Goreng Hari Ini Menggila, Cari yang Murah? Coba Beli di Sini

Sejumlah pedagang makanan seperti penjual nasi goreng, mi ayam, pecel ayam sudah berencana menaikkan harga pada bulan depan.

Pak Dul, pedagang nasi goreng di kawasan Cinere, Depok, Jawa Barat, mengeluhkan harga minyak goreng yang tinggi. 

BACA JUGA: Harga Minyak Goreng Selangit, Omzet Pedagang Mi Ayam Anjlok ke Titik Terendah 

Untuk menyajikan nasi goreng yang enak, dia biasanya menggunakan minyak kemasan. 

Pria berusia 55 tahun ini tidak berani menggunakan minyak curah, atau bekas gorengan restoran fast food.

BACA JUGA: Harga Minyak Goreng Hari Ini di Indomaret Jakarta, Termurah Sebegini

"Enggak berani pakai minyak curah. Saya pakai minyak goreng kemasan ini," kata Pak Dul sembari menyebutkan merek terkenal minyak sawit kepada JPNN.com, Minggu (20/3).

Pak Dul yang sudah 20 tahun berdagang nasi goreng ini memang sudah dikenal oleh sebagian warga Cinere. 

Tempat mangkalnya di kawasan perumahan Megapolitan Cinere. 

Walaupun jualan pakai gerobak, banyak pelanggannya bermobil. 

Sebenarnya, Pak Dul tidak tega menaikkan harga. 

Sebab, harga Rp 14 ribu bagi dia sudah cukup mahal untuk sepiring nasi goreng.

Di satu sisi, kalau tetap bertahan dengan harga yang sekarang, Pak Dul hanya seperti balik modal tanpa keuntungan.

"Sudah angkat tangan ini. Semua serbamahal, terpaksa harus menaikkan harga," ucapnya.

Keluhan juga disampaikan Mas Karno, pedagang pecel ayam. 

Menurut dia, keputusan menaikkan harga merupakan hal terberat bagi para pedagang makanan. 

Dengan harga seporsi nasi pecel ayam Rp 22 ribu, terang Mas Karno, pembelinya belum 100 persen pulih seperti sebelum pandemi Covid-19. Namun, jika tidak dinaikkan, maka dia makin sulit menutupi modalnya.

"Ini saya dan istri yang pegang langsung, enggak pakai orang. Kalau pakai orang, enggak terbayangkan bagaimana susahnya," katanya. 

Sementara, Mbak Menuk, karyawan Mi Ayam Kota mengungkapkan penurunan pendapatan karena naiknya sejumlah bahan pokok sudah masuk zona merah. 

Jika harga jual mi ayam dari Rp 11 ribu sampai Rp 12 ribu tetap dipertahankan, dikhawatirkan malah mereka makin merugi.

"Bos sudah angkat tangan. Katanya mau enggak mau harus menaikkan harga," ucapnya.

Baik Pak Dul, Mas Karno, dan Mbak Menuk, mengungkapkan akan ada penyesuaian harga pada bulan depan. 

Ketiganya juga memohon maaf karena keputusan tersebut terpaksa diambil.

"Berat sih keputusan ini karena biasanya setiap kenaikan pelanggan akan mengurangi jajan di luar," ungkap Pak Dul.

Ketiga pedagang kecil ini tetap berharap di minggu-minggu terakhir Maret ada perubahan kebijakan sehingga mereka tidak perlu menaikkan harga. (esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Harga Minyak Goreng Melambung Tinggi, Krisdayanti Memohon kepada Presiden Jokowi


Redaktur : Boy
Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler