JAKARTA - Setelah berbulan-bulan nangkring di atas level USD 110 per barel, harga minyak Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) terus turun dan menembus level di bawah USD 100 per barel.
Dirjen Migas Kementerian ESDM Evita H. Legowo mengatakan, hasil rekapitulasi Tim Harga Minyak Indonesia menunjukkan, harga ICP sepanjang Juni lalu turun signifikan. "Tepatnya USD 99,08 per barel," ujarnya, Kamis (5/7).
Artinya, ICP turun USD 14,68 per barel jika dibandingkan dengan harga ICP periode Mei 2012 yang sebesar USD 113,76 per barel. Menurut Evita, penurunan harga ICP tersebut sejalan dengan perkembangan harga minyak mentah utama di pasar internasional, yang diakibatkan oleh beberapa faktor. "Di antaranya adalah kekhawatiran pasar atas ancaman resesi global," katanya.
Evita menyebut, faktor lain yang menyebabkan penurunan harga minyak Juni adalah turunnya proyeksi permintaan minyak mentah secara global tahun 2012. International Energy Agency (IEA) merevisi proyeksi permintaan minyak mentah global tahun 2012 menjadi sebesar 89,9 juta barel per hari atau turun 0,10 juta barel per hari dibandingkan proyeksi bulan sebelumnya akibat buruknya kondisi perekonomian global.
Adapun Energy Information Administration (EIA) merevisi proyeksi permintaan minyak mentah global tahun 2012 menjadi sebesar 88,78 juta barel per hari atau turun 0,10 juta barel per hari dibandingkan proyeksi bulan sebelumnya akibat buruknya indikator ekonomi di Eropa, China dan AS.
Selain itu, lanjut Evita, kuota produksi Organization of The Petroleum Exporting Countries (OPEC) tetap dipertahankan pada level 30 juta barel per hari. Berdasarkan hasil rapat OPEC tanggal 14 Juni 2012, OPEC memang memutuskan untuk tidak meningkatkan kuota.
"Namun kuota masing-masing negara anggota tidak diatur, sehingga diperkirakan produksi minyak mentah OPEC tetap di atas kuota yang ditetapkan," jelasnya.
Evita mengatakan, untuk kawasan Asia Pasifik, penurunan harga minyak mentah juga dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi Tiongkok akibat krisis ekonomi zona Eropa yang diindikasikan dengan turunnya kegiatan manufaktur Tiongkok dalam delapan bulan berturut-turut. "Selain itu, permintaan produk minyak dari India juga turun," ujarnya.
Turunnya harga minyak langsung berimbas pada melandainya harga BBM nonsubsidi. Di Jakarta, harga Pertamax turun dari Rp 8.950 per liter menjadi Rp 9.700 per liter. Sedangkan Pertamax Plus turun dari Rp 9.500 per liter menjadi Rp 9.200 per liter.
Adapun Shell menurunkan harga BBM jenis Super (setara Pertamax) dari Rp 8.950 per liter menjadi Rp 8.600 per liter. Sedangkan harga Shell Super Extra (setara Pertamax Plus) turun menjadi Rp 9.150 per liter. (Owi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bupati Ajak Petani Boikot Pasokan Sawit ke Pengusaha
Redaktur : Tim Redaksi