Herman juga memahami kekhawatiran para pedagang sepekan ke depan jika berhentinya pasokan bahan baku kedelai impor. Mereka khawatir usaha mereka bisa berhenti beroperasi akibat tidak adanya kedelai. Selama ini para pedagang tidak menggunakan kedelai lokal. “Untuk itu pemerintah harus segera mengambil langkah cepat untuk merespon keresahaan para pelaku usaha tahu tempe ini,” katanya.
Terkait persoalan naiknya harga kedelai memengaruhi produksi tempe dan tahu, kata Herman, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sudah memerintahkan Menteri Perdagangan dan Menteri Pertanian untuk mengurus masalah ini. “Dan kami DPR akan memantaunya secara seksama,” tegasnya.
Dia menjelaskan, persoalan ini masuk dalam katagory emergency. Karenanya, harus ada emergency respon yang tepat dan cepat. Menteri Pertanian, tegas dia, harus memastikan betul akar masalahnya dimana dan publik harus tahu perihal ini.
“Jika menyangkut stock tentunya perlu ada penambahan stock yang aman untuk jangka waktu tertentu, tetapi jika ini permainan spekulan, harus ditindak tegas,” ujar Herman.
Politisi Partai Demokrat itu menjelaskan, kebutuhan kedelai dalam negeri sekitar saat ini 2,25 juta ton. Sedangkan produksi dalam negeri baru mampu sekitar 779 ribu ton. Jadi, masih kekurangan sekitar 1,4 juta ton, yang dipenuhi melalui impor dari Amerika Serikat. “Saat ini Amerika sedang musin kering, sehingga ada penurunan produktifitas dan harganya menjadi naik. Ini yang menyebabkan harga di Indonesia juga menjadi tinggi,” kata dia. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Harga Cabai Makin Pedas
Redaktur : Tim Redaksi