jpnn.com, JAKARTA - Kunto Hendraprawoko selaku SVP Sekretaris Perusahaan Antam mengatakan bahwa pihaknya saat ini tengah fokus dalam penjualan beberapa produk tambang andalan.
“Perseroan fokus pada optimalisasi kinerja produksi dan penjualan komoditas utama nikel, emas, dan bauksit, melalui penerapan protokol kesehatan yang konsisten,” kata Kunto, dalam keterbukaan informasi di BEI, beberapa waktu lalu.
BACA JUGA: Blok Wabu Akan Digarap Antam, Filep Wamafma: Ingat, Ada Hak Orang Asli Papua
Ia mengatakan, tahun ini Antam juga terus meningkatkan nilai tambah produk, serta melaksanakan implementasi kebijakan strategis terkait dengan pengelolaan biaya yang tepat dan efisien beriringan dengan situasi pandemi Covid-19.
Hal tersebut agar dapat terus mencatatkan kinerja positif bagi para shareholder dan stakeholder.
BACA JUGA: Memacu Hilirisasi Nikel, Pemerintah Percepat Proyek Strategis Nasional
Menurutnya, kenaikan harga nikel merupakan sentimen utama yang menggerakkan harga saham Antam. Harga komoditas ini tersebut melesat sejak akhir 2020.
Sepanjang awal tahun ini terhitung sejak 31 Desember 2020-7 Januari 2021, harga nikel di bursa berjangka, London Metal Exchange (LME) naik 8,4 persen. Terakhir, harga nikel berada di USD 17.929/ton.
BACA JUGA: Antam Kaji Peluang Melantai di Bursa Saham New York
Sentimen dan tren mobil listrik dengan baterai yang menggunakan nikel yang terus berkembang membuat harganya melesat signifikan.
Sepanjang 2020, harga kontrak futures (berjangka) nikel yang diperdagangkan di bursa Shanghai menguat 18 persen. Kenaikan harga nikel dunia juga membuat harga nikel acuan RI ikut terkerek.
Pada Desember lalu, harga nikel acuan RI dipatok di USD 15.647/ton atau naik 12,8 persen dibandingkan harga acuannya di bulan Januari di USD 13.876/ton. Harga nikel sempat mengalami penurunan saat awal pandemi Covid-19 merebak dan memicu penerapan lockdown yang masif di bulan Februari-Maret.
Namun setelah pelonggaran banyak dilakukan pada bulan Mei, harga nikel berangsur mulai pulih bahkan berhasil mencapai level tertingginya di penghujung 2020.
Nikel merupakan salah satu logam hasil tambang yang digunakan untuk berbagai keperluan. Di pasar dikenal ada dua jenis nikel yaitu nikel kelas I dan kelas II. Nikel kelas II banyak digunakan untuk pembuatan stainless steel, sementara kelas I digunakan untuk produk lain seperti komponen baterai mobil listrik.
Outlook harga nikel untuk tahun 2021 pun positif. DBS dalam laporannya menyebut harga nikel tahun ini bakal bullish dan tembus ke atas USD 20.000/ton.
Hal tersebut karena ditopang oleh adanya defisit pasokan nikel di saat permintaan sedang naik-naiknya. Tren ini terutama terjadi untuk nikel kelas I yang banyak digunakan untuk baterai mobil listrik.
Proyeksi DBS, permintaan nikel kelas I akan tumbuh 5,9 persen setiap tahunnya sampai 2025. Untuk periode yang sama pasokan nikel kelas I hanya tumbuh 3,3 persen.
Adapun nikel Kelas II keseimbangan di pasar tetap terjaga tahun ini, bahkan hingga 2025 seiring dengan kuatnya peningkatan kapasitas nikel pig iron (NPI) di Indonesia mengimbangi penurunan produksi Tiongkok dan pertumbuhan permintaan nikel untuk stainless steel. (jlo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh