KUPANG - Keluarga pasien di RSUD Prof Dr WZ Yohannes Kupang mengeluhkan harga obat di Apotik Pelengkap RSUD Yohannes Kupang. Pasalnya, harga obat semakin malam semakin mahal.
Naomi, salah satu keluarga pasien di RSUD Yohannes Kupang ketika ditemui Timor Express (JPNN Group) di RSUD Yohannes Kupang mengatakan, ia sering menebus obat di Apotik Pelengkap dengan harga yang berbeda-beda. Harga obat akan mulai naik sekira pukul 22.00 Wita.
Jika keluarga pasien menebus obat sebelum pukul 22.00 Wita, harga obat akan berbeda jika menebus obat setelah pukul 22,00 Wita. "Saya tebus obat harganya beda-beda. Kalau saya tebus sebelum jam sepuluh malam harganya murah, tapi kalau diatas jam sepuluh malam harga obatnya semakin mahal," ungkap Naomi.
Sementara, Pelaksana Tugas (Plt) RSUD Yohannes Kupang, Damita Palalangan ketika dikonfirmasi terkait persoalan tersebut di RSUD Yohannes Kupang mengatakan, pihaknya tidak bisa melakukan kontrol terhadap harga obat di Apotik Pelengkap. Pasalnya, keberadaan Apotik Pelengkap diluar kontrol pihak RSUD Yohannes Kupang.
Untuk itu, ia menyarankan kepada keluarga pasien agar menebus obat di apotik RSUD Yohannes Kupang. "Makanya tebus obat itu ke apotik rumah sakit dulu. Kalau memang tidak ada di apotik rumah sakit yang berada di depan ruang UGD, baru ke Apotik Pelengkap," saran Damita.
Terpisah, penanggung jawab Apotik Pelengkap RSUD Yohannes Kupang, Anton ketika dikonfirmasi membantah jika pihaknya menaikan harga obat pada jam tertentu. Pasalnya, harga obat sudah didaftar dari pusat, sehingga tidak mungkin merubah harga obat sesui keinginan. "Harga obat ditetapkan di pusat, jadi orang pusat sendiri yang bisa rubah harganya. Kami di cabang tidak bisa merubah harga obat," tegasnya.
Dijelaskan, kemungkinan terjadi kekeliruan pengertian keluarga pasien, karena biasanya resep obat yang diberikan dokter pada satu pasien tidak selamanya sama. Untuk itu, resep obat yang diberikan dokter harga obat tidak selalu sama.
"Bisanya kalau dokter kasih satu jenis obat, mungkin pasien minum itu obat alergi atau tidak cocok, maka dokter akan rubah resepnya lagi, sehingga harga obat akan berubah. Mungkin karena obatnya sama warna, jadi keluarga pasien anggap itu obat sama. Padahal, itu sudah beda obatnya," jelasnya. (mg14/ays)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kepala BKD Terganggu Pemberitaan Honorer
Redaktur : Tim Redaksi