jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa mendukung rencana Pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite.
Salah satunya yakni karena harga jual Pertalite di bawah harga keekonomian. Padahal di sisi lain, jika dilakukan penambahan subsidi justru akan membuat beban anggaran meningkat.
BACA JUGA: Tarif Ojol Naik, Masyarakat Diprediksi Bakal Beralih ke Kendaraan Pribadi
Sinyal kenaikan harga BBM subsidi ini mencuat, setelah beban subsidi dan kompensasi energi dalam APBN 2022 membengkak hingga Rp 502 triliun.
“Kalau harga tidak naik sesuai keekonomian, maka Pemerintah tetap harus menambah subsidi. Sedangkan penambahan subsidi, terbentur kapasitas fiskal yang terbatas. Semakin besar subisidi, beban anggaran juga meningkat,” ujar Fabby.
BACA JUGA: Aplikasi PINTU Sponsori Film Mencuri Raden Saleh
Terlebih, saat ini praktik subsidi pada Pertalite justru banyak yang salah sasaran.
Dalam hal ini, banyak masyarakat mampu yang memiliki mobil justru turut menikmati Pertalite, yang merupakan BBM subsidi.
BACA JUGA: Bantu Perekonomian Pesantren Tumbuh, Sandiaga Uno Beri Bibit Kambing
Di samping itu, Fabby juga mengingatkan agar Pemerintah berhati-hati karena kenaikan BBM subsidi, tentu berdampak terhadap inflasi dan daya beli masyarakat.
“Jadi memang bagi pemerintah, ini buah simalakama. Sama-sama pilihan yang sulit. Makanya, saya mendukung kenaikkan harga BBM dengan catatan pemerintah menyiapkan jaring pengaman sosial,” jelas Fabby.
Selain itu, pemerintah juga harus melarang Pertalite untuk mobil pribadi. Jadi, hanya motor saja yang bisa menggunakan BBM subsidi tersebut.
“Cara ini membuat kuota subsidi bisa tetap terjaga,” seru Fabby.(chi/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Redaktur & Reporter : Yessy Artada