JAKARTA - Harga komoditas hortikultura merangkak tajam, mencapai 20 persen, mulai awal pekan ini. Hal tersebut dipicu peraturan menteri pertanian yang tegas menutup pintu impor hortikultura Pelabuhan Tanjung Priok sejak 19 Juni 2012. Karena itu, sejumlah peritel modern telah menaikkan harga beberapa komoditas sayur dan buah impor.
Head of Corporate Communication PT Carrefour Indonesia Satria Hamid mengatakan, produk hortikultura impor yang sudah naik 20 persen, antara lain, bawang putih yang saat ini harganya tembus Rp 20 ribu-Rp 25 ribu per kilogram. Tak hanya itu, harga wortel naik menjadi Rp 7.500-Rp 10.500 per kilogram.
"Bawang putih kita ambil dari Tiongkok. Sedangkan sayuran selain wortel, kita masih bergantung pada bawang bombai dari New Zealand," ungkap pria yang juga wakil sekretaris jenderal Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) itu.
Penutupan pintu impor hortikultura menuju empat pelabuhan, yakni Tanjung Perak Surabaya, Belawan Medan, Makassar, dan Soekarno-Hatta, cukup berimbas signifikan pada peritel modern seperti Carrefour. Sebab, saat ini porsi komoditas hortikultura masih mendominasi dari total penjualan. "Hortikultura impor mencapai 60 persen dibandingkan lokal. Yang lokal kami tetap punya, namun terhambat kontinuitas dan kualitas," paparnya.
Dampak lain dari pengetatan pintu masuk impor hortikultura adalah kekhawatiran harga komoditas melambung tinggi seiring momen puasa dan Lebaran. "Menjelang momentum puasa dan Lebaran, kenaikan harganya bisa 40-50 persen," jelasnya.
Di tempat terpisah, Chief Operating Director PT Hero Supermarket Tbk (HERO) Edison Manalu mengakui, pembatasan impor hortikultura berdampak ke peritel modern. "Kita menjual barang impor karena segmen kami menengah atas. Karena bagaimanapun, performance dan kualitas memang lebih baik. Meski demikian, kami tetap gandeng partner lokal, meskipun kontinuitasnya sulit," jelasnya.
Namun, hingga sekarang, lanjut Edison, pihaknya masih belum menaikkan harga hortikultura lantaran mengimpor dari beberapa negara yang masih diperbolehkan untuk memasukkan komoditas internasional melalui Tanjung Priok.
Seperti diwartakan, sejak 19 Juni 2012 Kementerian Pertanian menutup pintu hortikultura dari Pelabuhan Tanjung Priok. Meski demikian, Tanjung Priok masih menerima importasi hortikultura dari tiga negara yang berstatus country recognized agreement (CRA). Yaitu, AS, Kanada, dan Australia. (gal/c10/oki)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Banjir Buah Impor, DPR Kecam Mentan
Redaktur : Tim Redaksi