Harga Properti di Surabaya Naik Paling Tinggi

Minggu, 13 Mei 2018 – 01:40 WIB
Ilustrasi properti. Foto: Balikpapan Pos/JPNN

jpnn.com, SURABAYA - Survei Bank Indonesia (BI) menunjukkan indeks harga properti residensial (IHPR) pada kuartal pertama 2018 tumbuh 3,69 persen secara year-on-year (yoy).

Angka itu lebih tinggi daripada pertumbuhan IHPR pada kuartal sebelumnya yang mencapai 3,5 persen.

BACA JUGA: Go-Jek Sumbang Rp 192 Miliar untuk Ekonomi Surabaya

Kenaikan harga properti terjadi pada semua tipe rumah, terutama rumah tipe kecil. Kenaikan tertinggi terjadi di Surabaya.

’’Peningkatan harga rumah terutama disebabkan kenaikan harga bahan bangunan dan upah tenaga kerja. Sama dengan kuartal sebelumnya,’’ kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman, Kamis (10/5).

BACA JUGA: Garap Pasar Surabaya, Penguin Perkuat Pangsa Indonesia Timur

BI merilis kenaikan harga rumah baru di Surabaya per kuartal pertama lalu 7,12 persen.

Selain faktor upah dan harga bahan bangunan, kenaikan didorong sarana infrastruktur baru.

BACA JUGA: Cewek Cantik Masuk Got, Para Cowok Berebut Menolong

Salah satunya adalah proyek frontage road sisi barat yang merupakan jalur penyangga di Jalan Ahmad Yani.

Proyek Middle East Ring Road (MERR) II C, jalan lingkar luar barat (JLLB), dan jalan lingkar luar timur (JLLT) juga turut mendongkrak kenaikan harga properti baru di Surabaya.

Survei memperkirakan kenaikan harga rumah masih berlanjut pada kuartal kedua tahun ini. Kenaikan tertinggi diindikasikan terjadi pada rumah tipe kecil.

Di tempat terpisah, Direktur Eksekutif PT Intiland Development Tbk Archied Noto Pradono menyatakan, Surabaya masih sangat terbuka untuk pasar properti.

Seiring dengan pertumbuhan dan dinamika kota, perpindahan buruh ke Surabaya membuat permintaan hunian di Kota Pahlawan makin tinggi.

’’Surabaya makin maju. Fasilitas jalanannya makin mendukung untuk masyarakat tinggal di sana. Namun, kebanyakan kami menyasar kalangan menengah ke atas,’’ Archied.

Kenaikan upah di Surabaya yang tinggi juga meningkatkan daya beli masyarakat. Harga bahan bangunan yang naik ikut memberikan dampak. Namun, inflasi secara keseluruhan masih terkendali.

Di Intiland, Surabaya dan sekitarnya menjadi wilayah yang memberikan kontribusi marketing sales cukup besar setelah Jakarta. Yakni, sekitar 13 persen atau senilai Rp 124 miliar.

Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Maryono mengungkapkan, Surabaya menjadi salah satu kota yang memberikan kontribusi besar pada permintaan kredit pemilikan rumah (KPR).

Namun, keterbatasan lahan membuat banyak pengembang yang bergeser ke kota-kota di sekitarnya.

’’Harga rumah kecil biasanya memang naik. Akan tetapi, kalau mau yang terjangkau, adanya rumah subsidi. Di Surabaya, banyak yang nonsubsidi. Namun, di Jember masih banyak yang subsidi,’’ terang Maryono. (rin/c14/fal)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Guru Agama di SDN Ini Dipecat Lantaran Raba-Raba 12 Siswinya


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler