Harga Pupuk Domestik Masih di Bawah Tarif Internasional

Selasa, 02 November 2021 – 17:10 WIB
Stok pupuk bersubsidi (Ilustrasi). Foto dok Pupuk Indonesia

jpnn.com, JAKARTA - Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI) menilai harga pupuk komersil atau nonsubsidi Indonesia saat ini berada di bawah harga keekonomiannya.

Pasalnya, produsen pupuk dalam negeri, khususnya Pupuk Indonesia Grup masih menjual pupuk komersil atau nonsubsidi di bawah harga pasar Internasional.

BACA JUGA: Manfaat Air Kelapa untuk Jantung dan Waktu Terbaik Meminumnya

Sekjen Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI) Achmad Tossin Sutawikara mengatakan, saat ini harga Urea internasional berkisar USD785 atau setara Rp12.320.000 Per Ton termasuk PPN (Kurs Rp14.200).

Sementara harga jual Pupuk Indonesia Grup khusus untuk Urea domestik berkisar di harga Rp9.605.000 atau Rp2.715.000 lebih murah.

BACA JUGA: Program Makmur Pupuk Indonesia Tingkatkan Produksi Petani Hingga 44 Persen

Untuk pupuk NPK 15-15-15, misalnya, harga internasionalnya sekitar USD530 atau Rp7.526.000 per ton.

Sedangkan Pupuk Indonesia grup menjualnya di harga USD39 atau Rp6.233.800 per ton (belum PPN). Keduanya lebih murah dari harga internasional.

BACA JUGA: Generasi Muda Perlu Berperan dalam Meningkatkan Kesadaran Udara Bersih

“Harga ini ditetapkan dalam upaya membantu pertumbuhan ekonomi nasional serta petani di Indonesia. Sementara untuk NPK dikarenakan saat ini harga bahan baku Impor cukup tinggi, maka berpengaruh ke harga jual juga,” kata Tossin.

Sebagai perbandingan, saat ini di Negara tetangga seperti Malaysia menjual pupuk Urea di harga Internasional yaitu kisaran US$785. Sementara negara seperti Filipina yang tidak memiliki pabrik Pupuk Urea, harus menerima harga Pupuk Urea setara dengan harga Internasional ditambah biaya distribusi.

Menurut Tossin, pandemi global dan melonjaknya harga komoditas di pasar Internasional turut mempengaruhi harga pokok produksi pupuk di Indonesia. Komoditas dimaksud yakni amoniak, phosphate rock, dan KCl (bahan baku NPK), gas hingga minyak bumi.

Selain dipicu adanya konflik pasokan gas antara Rusia, Eropa dan Amerika Serikat, harga komoditas naik lantaran pandemi Covid-19 menyebabkan negara-negara eksportir pupuk seperti Rusia dan China mengambil kebijakan untuk menahan ekspornya demi mengutamakan kebutuhan dalam negeri.

“Harga pupuk internasional cenderung bergerak tergantung supply dan demand. Di tahun sebelumnya harga Internasional relatif stabil namun khusus 2021 tingginya permintaan untuk upaya perbaikan stabilitas pangan pascanegara-negara di dunia mengalami pandemi covid-19, serta adanya krisis energi di Eropa berakibat melambungnya harga komoditi,” kata Tossin.

Di samping itu, faktor lain yang turut mempengaruhi HPP pupuk yakni biaya freight atau angkutan kapal.

Di mana banyak perusahaan transportir yang operasionalnya terdampak pandemi Covid-19.

Sementara saat pandemi mulai melandai dan perdagangan kembali menggeliat, justru terjadi shortage jumlah kapal. Sehingga menyebabkan biaya transportir naik, disamping harga solar juga naik.

“Kenaikan itu menyebabkan harga pokok produksi pupuk juga ikut naik,” serunya.(chi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler