Menurut Alpian salah satu pengusaha bidang developer Kabupaten Belitung, dengan harga yang demikian dirasa sangat memberatkan. Memang harga semen tergantung ketersediaan barang dimana harga naik karena sekarang barangnya kosong namun harga sekarang dirasa cukup tinggi.
"Dalam seminggu bisa naik dan turun, kita sadari demikian hukum pasar. Tetapi biasanya harga seperti semen sudah diatur penetapan harganya (HET). Kita sudah merasakan sekitar 2 bulan lalu, harganya berkisar 70 ribu satu sak, pernah 2 minggu lalu 80 ribu se sak," ungkap Alfian di Tanjungpandan, Rabu (5/12).
Harga yang mahal ini dinilai tidak sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET). Karena dalam kondisi normal harga semen hanya berada di kisaran Rp 57-58 ribu per sak.
"Seminggu lalu kita sempat ada dapat harga 70 ribu dan 62 ribu per sak. Untuk itu kita berharap Disperindagkop & UMKM Kabupaten Belitung dapat mencari solusi. Apalagi di kalangan pengusaha kontraktor untuk semen itu dalam RAB hanya senilai 55 ribu per sak," kata Alfian.
Hal yang dikeluhkan pengusaha ini tentunya juga menjadi keluhan masyarakat sehingga diharap peran pemerintah dapat melakukan kontrol atas harga semen yang cukup tinggi.
Sementara terkait hal ini, Kepala Bidang Perdagangan Disperindagkop & UMKM Kabupaten Belitung, Jontiar Hutapea saat dikonfirmasi mengatakan, semen yang ada di Kabupaten Belitung berasal dari Pulau Jawa, kendati untuk cuaca masih memungkin berlayarnya kapal barang, namun ada permasalahan di bongkar muat barang pelabuhan lantaran belakangan ini sangat padat dan sering turun hujan di Tanjungpandan.
Atas kondisi yang membuat harga semen melonjak ini, pihaknya sudah pernah melayangkan ke intansi terkait seperti PT Pelindo II Cabang Tanjungpandan. Pihaknya meminta barang sembako dan barang strategis lainnya termasuk semen mendapat prioritas utama untuk dibongkar. "Disamping itu, bila dilihat volume pembangunan selama tahun 2012 cukup meningkat. Apalagi sekarang tidak ada lagi HET, jadi kita hanya bisa menghimbau. Kalau dulu ada HET dari sana, misalnya 58 ribu per sak, kalau di sini dijual 60 ribu bisa kita kunci. HET itu sudah tidak ada sejak 6 tahun lalu," jelas Jontiar.
Selain mengirimkan surat himbauan ke Pelindo dan distributor, pihaknya juga mengecek ke lapangan untuk menindaklanjuti keluhan masyarakat dan LSM yang menyebutkan barang mahal karena ada penumpukan di gudang. "Katanya disimpan di gudang tapi dicek tidak ada, termasuk kapal yang sandar sudah kita cek di Adpel dan Pelindo tidak ada," ujarnya.
Kemungkinan naik lainnya adalah para distributor Belitung yang membeli tidak langsung dari pabrik, kemungkinan dari pihak kedua dan ketiga di Jakarta sehingga sudah mengalami kenaikan harga. Ditambah salah satu pabrik produsen semen di Pulau Jawa ada yang terkendala produksi.
Dari data yang mereka miliki, selama kurun waktu Januari sampai Oktober 2012 harga semen hanya berkisar Rp 58 ribu per sak. Kalau sekarang di tingkat distributor Rp 63 ribu. Dan yang tidak bisa dipantau adalah harga tingkat pengecer yang sempat didengar mencapai Rp 70 ribu.
Kepala Disperindagkop & UMKM Kabupaten Belitung, Hendra Cahya turut menghimbau kepada seluruh pedagang di Kabupaten Belitung baik agen maupun pengusaha sembako dan barang strategis lainnya agar tidak menjual terlalu tinggi.
Ia berharap pedagang menjual setelah menghitung harga pokok, ongkos transport dan dengan keuntungan yang tidak terlalu tinggi."Kita himbau mereka jangan mengambil keuntungan yang tinggi, namun disisi lain tentunya juga masyarakat jangan terlalu panik. Karena kondisi kita di kepulauan begini lah, pas gelombang besar ada masalah, harga barang di Jakarta melonjak di sini ikut melonjak," kata Hendra di ruang kerjanya.
Pihaknya telah turun ke lapangan dan setiap hari kontrol untuk menyikapi keluhan masyarakat. Dan dalam laporan yang secara rutin dibuat tiap minggu, sejauh ini untuk harga semen yang terlalu tinggi ditindaklanjuti dengan membuat surat resmi himbauan kepada agen agar tidak menjual dengan harga yang kelewatan mahalnya. (trh)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Demi Nasib 2 Ribu Karyawan Leces
Redaktur : Tim Redaksi