jpnn.com, KUTAI TIMUR - Kenaikan harga telur ayam juga terjadi di sejumlah pasar di Sangatta, Kutai Timur, Kaltim. Para penjual mulai khawatir hal ini akan menurunkan daya beli masyarakat jika harga tak kunjung stabil.
Salah seorang penjual di Pasar Sangatta Selatan, Yulia mengaku khawatir jika harga terus naik, pembeli akan membatasi konsumsi telur ayam yang berdampak pada penurunan penjualannya.
BACA JUGA: Harga Telur Meroket, Ternyata Ini Penyebabnya
Dia mengaku tidak mengetahui pasti alasan kenaikan harga telur. Dia memperkirakan kenaikan dikarenakan faktor kelangkaan atau masih suasana pascalebaran.
"Kalau pembeli sedikit, barang saya tidak laku. Itu berarti keuntungan saya menipis. Jangan sampai barang busuk semua, malah bisa-bisa saya rugi besar," terangnya seperti diberitakan Bontang Post (Jawa Pos Group).
BACA JUGA: Harga Ayam dan Telur Masih Mahal, Ini Pemicunya
Ditemui di tempat berbeda, Ani, pedagang warung makan di kawasan Sangatta Selatan, mengeluhkan naiknya harga telur yang terpaut tinggi. Menurutnya harga tersebut dianggap tidak wajar. Pasalnya, harga awal hanya Rp 52 ribu sekarang bisa mencapai Rp 60 ribu.
"Naiknya jauh sekali, kalau hanya Rp 1.000-Rp 2.000 tidak apa-apa. Ini malah bisa sampai Rp 8.000," keluhnya.
BACA JUGA: Harga Telur Meroket setelah Lebaran
Menurutnya lebih baik membeli daging ayam. Karena harga tidak semahal telur. Dia berharap pemerintah bisa lebih memerhatikan harga bahan pokok agar tidak naik terus-menerus.
"Saya ini jualan masakan, bumbu saja sudah masuk hitungan, kalau telur naik juga, ya jualan saya tidak ada untungnya, hanya capek saja. Lebih baik saya beli ayam atau hanya tahu dan tempe," tandasnya. (*/la)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Yakin Harga Ayam dan Telur Turun Pertengahan Ramadan
Redaktur & Reporter : Soetomo