Hari Ini BEI Masih Lanjutkan Suspensi

Kamis, 09 Oktober 2008 – 09:17 WIB
JAKARTA - Pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) kian mengkhawatirkanSepanjang Rabu (8/10), indeks harga saham gabungan (IHSG) terperosok makin dalam, sehingga memaksa BEI menghentikan perdagangan mulai pukul 11.08 JATS (Jakarta Automated Trading System).

Untuk kali pertama sepanjang sejarah, transaksi dihentikan di tengah jalan karena penurunan harga dinilai tidak wajar

BACA JUGA: BEI Bingung, Mau Tutup atau Buka

Saat disuspen, IHSG anjlok 168,52 poin (10,38 persen) ke titik 1.451,669 dengan nilai transaksi hanya Rp 952,165 miliar
Itu merupakan indeks terendah sejak September 2006.

Dirut BEI Erry Firmansyah menyatakan, penurunan harga saham sudah sangat irasional

BACA JUGA: HIPMI Optimis Ekonomi Indoensia Tetap Eksis

Otoritas bursa akan terus memeriksa detail transaksi yang terjadi sebelum perdagangan dihentikan
''Tapi, masih belum bisa dipastikan apakah ada transaksi ilegal,'' katanya di Jakarta kemarin (8/10).

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Miranda Swaray Goeltom menuturkan, dalam kondisi seperti saat ini, otoritas dan regulator tidak bisa membiarkan mekanisme pasar mengatur harga saham

BACA JUGA: Investasi Migas Tak Terimbas Krisis Global

''Jadi, harus dihentikan sementara untuk memberi kesempatan pasar mempertimbangkan keputusan secara rasional,'' ungkapnya.

Dalam rapat di kantor Ditjen Pajak hingga tadi malam, transaksi bursa hari ini diputuskan tetap dihentikanRapat yang dihadiri pejabat Bapepam-LK dan BEI itu, dipimpin Dirjen Pajak Darmin Nasution karena kepala Bapepam-LK Fuad Rahmany masih di luar negeriDarmin sebelumnya pernah menjabat kepala Bapepam-LK''Besok bursa masih disuspen,'' terang Direktur BEI Guntur Pasaribu dalam pesan singkatnya kepada Jawa Pos dini hari tadi.

Sementara itu, rapat kabinet menteri ekonomi dan Dirut BUMN di Kantor Presiden tadi malam memutuskan mengumpulkan dana dari 14 BUMN untuk melakukan buyback saham-saham pemerintah di BEI sebatas kemampuan finansial merekaPemerintah hari ini menggelar rapat kabinet untuk memutuskan saham-saham yang dibeli dari bursa''Daftar saham yang akan dibeli sudah diinventarisasi, tapi nilai dana yang akan dimasukkan ke bursa masih menunggu rapat besok (hari ini),'' ujar Ketua Umum Kadin M.SHidayat.

Rapat yang dimulai pukul 22.30 tersebut dihadiri Menteri Keuangan ad interim Sofyan Djalil, Mensesneg Hatta Rajasa, Menseskab Sudi Silalahi, dan Deputi Gubernur BI Miranda Swaray GultomHadir pula sejumlah Dirut BUMN, di antaranya Wadirut PLN Rudiantara, Dirut Pertamina Ari Soemarno, dan Dirut BRI Sofyan Basir.

Harga saham-saham unggulan kemarin memang merosot cukup tajam, sehingga terkena auto rejectionSaham PT Indosat Tbk (ISAT) terjun bebas Rp 1.200 atau 23,3 persen menjadi Rp 3.950Kemudian, PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) drop Rp 1.750 (25 persen) menjadi Rp 5.250Lalu, PT Astra Internasional Tbk (ASII) anjlok Rp 3.200 (20 persen) menjadi Rp 12.800.

Investor domestik panik karena asing sudah melepas aset-aset rupiahnya untuk membeli dolar ASTerlebih, ada rekomendasi negatif dari JP Morgan Chase & Co, salah satu bank terbesar AS, untuk menjauhi surat utang IndonesiaItu membuat makin panik''Yang net sell justru lebih banyak investor domestik,'' ujar analis PT Optima Securities Ikhsan Binarto.

Analis PT Bhakti Capital Budi Ruseno mengungkapkan, pasar domestik saat ini terus panik dan terpengaruh sentimen global''Wajar kalau otoritas bursa memberikan kesempatan kepada investor agar tidak panik lagi dengan suspensi,'' katanya.

Dalam jangka menengah, Budi optimistis harga bisa reboundSebab, kinerja perusahaan-perusahaan yang melantai di bursa masih cukup baikBegitu pula dengan situasi makroekonomi yang masih kondusif.

Direktur Nikko Securities Adler HManurung menyatakan, penghentian perdagangan sebaiknya dilakukan saat close market sesi I''Sebab, kalau suspensi dilakukan di tengah jalan seperti tadi siang (kemarin), justru merusak bursaItu patut disesalkan,'' tegasnya.

Menurut dia, jika otoritas bursa ingin mengondusifkan pasar, setiap langkah yang diambil harus benar-benar menenangkan''Nah, kalau seperti tadi, justru merusak integritas bursa,'' ujarnya.

Menteri BUMN Sofyan Djalil menyebutkan, langkah suspensi merupakan tanggung jawab BEI untuk mengondusifkan pasar modal dan meredam kepanikan''Supaya kepanikan berkurang dan orang (investor, Red) bisa berpikir ulang,'' ucapnya kemarin.

Menurut Sofyan yang hingga kemarin siang menjabat Plt menteri keuangan menggantikan Sri Mulyani yang melawat ke luar negeri, langkah BEI didasarkan pada pertimbangan teknis setelah berkonsultasi dengan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bappepam-LK)''Sebab, kalau harga (IHSG) turun sampai 10 persen, mereka bisa melakukan suspensi,'' jelasnya.

Kondisi pasar modal Indonesia memang harus dicermati secara komprehensif untuk melihat detail berbagai aspek yang menggerakkan''Saya melihat ada irregularities (hal yang tidak wajar),'' tegasnya

Dia menilai, anjloknya pasar modal Indonesia dipicu kepanikan yang berlebihan, sehingga di luar kewajaranSebab, penurunan pasar saham lain di luar negeri tidak separah Indonesia karena hanya 2-4 persen.

Meski tidak dalam kondisi biasa pun, banyak negara yang sudah melakukan suspensi perdagangan bursanya''Misalnya, Rusia sudah menyuspensi lebih 2-3 hari,'' terangnya.

Melihat kritisnya kondisi finansial, Plt menko perekonomian sekaligus Menkeu Sri Mulyani Indrawati meninggalkan pertemuan di Dubai dan kembali ke IndonesiaDia semestinya mengikuti pertemuan ASEAN Finance Minister Meeting di Dubai, Uni Emirate Arab, hingga 9 Oktober''Menkeu balik untuk berkoordinasi dengan kita,'' ujar Direktur BEI Eddy Sugito.

BI Jaga Rupiah

Bank Indonesia akan terus berada di pasar untuk menjaga agar pergerakan nilai tukar rupiah tidak terlalu tajamCadangan devisa Indonesia masih cukup kuat untuk mempertahankan nilai tukar rupiah di tingkat yang wajarMeski sempat merosot tajam Selasa (7/10), bank sentral beranggapan nilai tukar masih berada pada ambang wajar.

''Dibanding posisi awal tahun, depresiasinya baru 2 persen,'' jelas Deputi Gubernur Senior BI Miranda Swaray Goeltom kemarin (8/10)Dia menyatakan, cadangan devisa Indonesia masih setara dengan 4,5 bulan impor''Cadangan devisa kita masih sangat memadai,'' kata Miranda.

Berbeda dari saham yang anjlok drastis, rupiah pada perdagangan kemarin hanya menurun tipis 35 poin ke posisi 9.595 per USDDeputi Gubernur BI Budi Mulya menegaskan, BI tidak pernah menargetkan nilai tukar rupiahNamun, yang terpenting adalah menjaga volatilitasnya.

Nilai tukar rupiah tidak anjlok karena asing masih mengoleksi SBI (Sertifikat Bank Indonesia) dalam jumlah besarMenurut Budi, kepemilikan asing atas SBI masih Rp 20 triliun

Anggota Komisi Keuangan dan Perbankan DPR Dradjad Hari Wibowo menuturkan, kemampuan BI menahan nilai tukar rupiah tidak terlalu besarDia memperingatkan agar BI tidak memaksakan diri membuat nilai tukar menguatPelemahan nilai tukar rupiah bisa saja digunakan untuk meningkatkan daya saing eksporYang terpenting, BI bisa menjaga agar volatilitasnya tidak terlalu lebar.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ikhsan Mojo menambahkan, BI tidak bisa menggunakan ukuran tradisional kebutuhan bulan impor untuk mengukur cadangan devisaSebab, dalam satu krisis, pergerakan kurs dan pelarian modal sangat cepat dan menyebabkan tergerusnya nilai riil dari cadangan devisa secara instan.

Dalam kasus Indonesia, hal itu ditambah fakta bahwa separo cadangan devisa didenominasikan dalam aset dolar AS, seperti US Treasury Bond yang saat ini nilainya tertekan''Salah kaprah jika dikatakan cadangan devisa Indonesia aman,'' kata Ikhsan(sof/owi/wir/noe/iw/oki)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Perbankan Naikkan Suku Bunga


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler