Hari Internet Sedunia, Momentum Pembenahan Infastruktur ICT

Selasa, 07 November 2017 – 10:45 WIB
Ilustrasi Foto: dok.Jawa Pos

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Mastel Institute Nonot Harsono berharap peringatan Hari Internet Sedunia tahun ini menjadi momentum bagi pemerintah untuk membenahi prioritas infrastruktur industri information, communication, and technology (ICT).

Ditekankan, prioritas pembangunan infrastruktur ICT antara fixed dan mobile broadband harus berjalan pararel agar menciptakan sinergi dalam mencapai akselerasi pertumbuhan menuju revolusi digital yang digagas Presiden Jokowi.

BACA JUGA: Akun Donald Trump Dihapus Pegawai Twitter

“Pembangunan ribuan BTS untuk mobile broadband dengan pembangunan fixed access ke setiap rumah harus berjalan pararel. Sekarang kan belum, regulasi masih kurang menata jaringan kabel. Banyak pemain tapi tidak tertata siapa bangun apa dan di mana,” ujar Nonot yang juga mantan komisioner Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), Selasa (7/11).

Nonot mengatakan, pembangunan kedua jaringan infrastruktur itu perlu ditata agar terpadu dan saling mendukung pemerataan.

BACA JUGA: Workplace: Satu Tahun Kemudian

“Jangan sampai di satu daerah, infrastruktur jaringan internet berlebih dan di daerah lainnya justru kurang,” ujarnya.

Plt Kepala Biro Humas Kementerian Komunikasi dan Informatika Noor Iza menjelaskan, saat ini penetrasi infrastruktur pita lebar akses jaringan internet kecepatan tinggi yang bergerak (mobile broadband) jaringan 4G secara nasional telah menjangkau 57,97% kabupaten/kota.

BACA JUGA: Drive Test Jaringan Smartfren di Sulsel, Semuanya 4G!

Sementara untuk infrastruktur pita lebar jaringan internet kecepatan tinggi yang tetap (fixed broadband) hingga akhir 2015 secara nasional baru menjangkau 400 kabupaten/kota.

Noor Iza mengakui 62,35% pengguna internet di Indonesia lebih sering mengakses internet di rumah dibandingkan di tempat umum atau kantor, menurut data dari Mastel dan APJII.

“Secara tren juga bisa dilihat, kebutuhan masyarakat untuk konten-konten video dan layanan streaming sudah semakin marak. Oleh karena itu, sudah barang tentu jaringan fixed broadband (fiber optic) ke rumah (fixed to the home/FTTH) menjadi suatu kebutuhan untuk menopang digital life, sebagai komplementer jaringan seluler,” ucapnya.

Di sisi lain, Joseph Lembayung, pimpinan salah satu anggota APJII yang bergerak di bidang pembangunan infrastruktur, menilai pembangunan infrastruktur ICT lebih memadai di wilayah Indonesia bagian barat ketimbang di wilayah bagian timur, mengacu pada sebuah riset terkait pembangunan infastruktur jaringan internet di Indonesia yang dilakukan Asosiasi Jasa Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) bekerja sama dengan Pusat Kajian Komunikasi Universitas Indonesia (Puskakom UI).

“Kehadiran teknologi yang super canggih seperti fiber optic sebenarnya bisa menjadi salah satu solusi pemerataan infrastruktur jaringan internet di Indonesia,” ujarnya.

Joseph menambahkan, kondisi geografis Indonesia yang luas, berkepulauan, pegunungan, perbukitan, dan pepohonan masih menjadi salah satu hambatan untuk memeratakan infrastruktur jaringan internet di seluruh Indonesia.

Namun, penggunaan fiber optik dapat menjadi solusinya karena dapat terpasang di bawah laut sehingga mempermudah pembangunan di wilayah kepulauan Indonesia.

Sementara untuk masyarakat perkotaan, lanjut Joseph, jaringan internet fixed to the home (FTTH) sudah menjadi tren yang berkembang pesat.

Layanan jaringan internet FTTH yang cepat, lancar, dan stabil dinilai cocok untuk masyarakat perkotaan guna mendukung bisnis mereka. “Kita lihat dewasa ini bisnis jual-beli baik barang maupun jasa online bisa dilakukan dari rumah,” paparnya.

Bukan hanya untuk keperluan bisnis, Joseph menilai, peran jaringan internet FTTH bisa membantu generasi bangsa memperoleh bahan pengajaran yang tidak terbatas.

Munculnya FTTH ini juga bukan semata-mata sebagai produk yang tinggal pakai saja, tapi dengan mengajak generasi bangsa mengenal, mempelajari seluk beluk jaringan internet, seperti fiber optik, FTTH dan lainnya bisa melahirkan ahli atau pakar baru yang bisa memajukan kualitas Indonesia dan siap bersaing di mancanegara.

Terpisah, praktisi dan pengamat ICT Hermawan Sutanto juga menilai percepatan pengembangan infrastruktur internet di Indonesia sudah selayaknya didorong untuk meningkatkan daya saing nasional.

“Sebagai perbandingan, kecepatan rata-rata internet di Indonesia adalah 6,4 Mbps, masih jauh dari kecepatan pita lebar di Korea yang memimpin dengan 26,3 Mbps. Ini memperlihatkan daya saing kita masih di bawah Korea,” tuturnya.

Menurut dia, jika kecepatan data internet bertambah, manfaat positif akan sangat dirasakan di sektor terutama pendidikan.

“Pertumbuhan bidang pendidikan juga akan terakselerasi. Warganet di Indonesia bisa mengakses materi-materi pelajaran dan kuliah-kuliah dengan cepat,” katanya.

Salah satu operator telekomunikasi yang siap mengakselerasi pertumbuhan FTTH adalah Indosat Ooredoo yang merilis produk GIG.

Memaksimalkan peluang di pasar FTTH,GIG berkolaborasi dengan mitra produk internet internasional memberikan paket terintergrasi dengan berbagai perangkat sesuai dengan kebutuhan untuk menambah kualitas pengalaman digital di rumah. (ril/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kibarkan Industri Pariwisata, Kaltara Kembangkan Simpar


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler