jpnn.com, MEDAN - Kota Medan memiliki tugu yang menjadi simbol sejarah besar perjuangan rakyat dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Monumen itu bernama Tugu Pertempuran Medan Area yang terletak di Jalan Sutomo, Kecamatan Medan Timur, Medan, Sumatera Utara.
BACA JUGA: Tugu Sepatu Picu Kontroversi, Kent Kritik Sikap Anies terhadap Budaya Betawi
Namun, keberadaan tugu tersebut saat ini tak mendapat perawatan layaknya situs sejarah.
Di lokasi terlihat sampah berserakan. Pagar yang mengelilingi tugu bersejarah itu juga tampak rusak.
BACA JUGA: TNI Gelar Napak Tilas Pembuatan Tugu Merah Putih di Puncak Tertinggi Distrik Kanggime Papua
Bagian dinding dipenuhi lumut. Di bagian pinggir terlihat digunakan sebagai tempat para pedagang meletakkan gerobak jualannya.
Di sekitar tugu juga digunakan sebagai tempat parkir mobil. Kawasan itu memang merupakan lokasi pusat pasar.
BACA JUGA: Jokowi Pimpin Upacara Hari Pahlawan di TMP
Di dalam ruangan tugu juga terlihat digunakan sebagai tempat tidur warga untuk beristirahat.
Pada malam hari Tugu Pertempuran Medan Area dijadikan tempat tidur oleh para gelandangan.
Pakaian juga terlihat berserakan di dalamnya. Di bagian dalam maupun di luar tugu tercium bau pesing.
Berdasarkan pengakuan dari warga sekitar, tugu tersebut seringkali digunakan sebagai tempat buang air kecil.
Pintu masuk ruangan yang ada di tugu tersebut juga tampak sudah hilang.
Di bagian dalam ruangan memang tampak disediakan kamar mandi, tetapi tidak bisa digunakan karena air yang mengalir ke ruangan tersebut mati.
Pengamat Sejarah Kota Medan Ichwan Azhari menilai kondisi Tugu Pertempuran Medan Area yang tidak terawat menjadi bukti ketidakpedulian pemerintah terhadap situs-situs bersejarah di Kota Medan.
Menurut Ichwan hal itu dipicu karena ketidaktahuan masyarakat Kota Medan terhadap sejarah perjuangan rakyat melawan sekutu setelah kemerdekaan yang menjadi cikal didirikannya tugu itu.
"Jadi, itu kawasan yang sangat historis, sangat penting. Sayang sekali pemerintah melupakan itu, sebagian besar warga, DPRD juga seperti tuna sejarah perjuangan," kata Ichwan kepada JPNN.com, Rabu (10/11).
Ketua Asosiasi Museum Indonesia Sumatera Utara itu juga menyayangkan pengelolaan situs bersejarah tersebut kini diberikan kepada Dinas Pertamanan. Menurutnya pengelolaan tugu itu seharusnya diberikan kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dengan melibatkan para sejarawan.
"Jadi, Dinas Pertamanan mengatakan mereka hanya mengelola tamannya, bukan situs sejarahnya," sebut Ichwan.
Ketua Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan itu menyebutkan seharusnya situs sejarah mendapat perlakuan khusus.
Di situs sejarah itu juga seharusnya disediakan pemandu yang memberikan informasi seputar sejarah tugu itu.
Pada momentum Hari Pahlawan ini, Ichwan meminta Pemerintah Kota Medan bisa mengalihkan pengelolaan situs-situs bersejarah kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dengan melibatkan para sejarawan.
"Jadi, di Hari Pahlawan ini, sejarawan meminta Bobby Nasution (Wali Kota) memperhatikan situs-situs sejarah dengan merombak pengelolaannya tidak di bawah Dinas Pertamanan," katanya.
Pertempuran Medan Area merupakan peristiwa perjuangan rakyat Kota Medan melawan sekutu yang ingin kembali menguasai Indonesia.
Berita Indonesia yang memproklamasikan kemerdekaan baru terdengar sampai ke Medan pada 27 Agustus 1945. Kabar itu dibawa oleh Mr Teuku Mohammad Hasan.
Para pemuda di bawah pimpinan Achmad Tahir yang mengetahui kemerdekaan itu kemudian membentuk Barisan Pemuda Indonesia.
Pada tanggal 9 Oktober 1945, pasukan sekutu mendarat di Medan di bawah pimpinan T.E.D Kelly. Kedatangan pasukan sekutu diikuti oleh pasukan NICA yang dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan.
Sebuah insiden pun terjadi di Hotel Jalan Bali, Medan pada tanggal 13 Oktober 1945. Saat itu seorang penghuni hotel (pasukan NICA) merampas dan menginjak-injak lencana Merah Putih yang dipakai pemuda Indonesia.
Hal itu kemudian mengundang kemarahan para pemuda. Akibatnya terjadi perusakan dan penyerangan terhadap hotel yang banyak dihuni pasukan NICA.
Pada tanggal 1 Desember 1945, pihak sekutu memasang papan-papan yang bertulis "Fixed Boundaries Medan Area" di berbagai sudut kota Medan.
Sejak saat itulah Medan Area menjadi terkenal. Pasukan Inggris dan NICA mengadakan pembersihan terhadap unsur Republik yang berada di Kota Medan.
Kemudian pada tanggal 10 Desember 1945, sekutu dan NICA melancarkan serangan besar-besaran terhadap Kota Medan. Serangan itu menimbulkan banyak korban di kedua belah pihak.
Pada bulan April 1946, sekutu berhasil menduduki Kota Medan. Pusat perjuangan rakyat Medan kemudian dipindahkan ke Pematang Siantar.
Untuk melanjutkan perjuangan di Medan, maka pada bulan Agustus 1946 dibentuk Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area. Komandan ini terus mengadakan serangan terhadap sekutu wilayah Medan.
Untuk mengenang kejadian tersebut maka didirikanlah Tugu Pertempuran Medan Area. (mcr22/jpnn)
Redaktur : Adek
Reporter : Finta Rahyuni