Hari Terakhir di Irak, Paus Fransiskus Bicara Perdamaian dan Bertemu Pemimpin Muslim

Senin, 08 Maret 2021 – 22:49 WIB
Paus Fransiskus melepaskan merpati putih saat berdoa untuk korban perang di 'Hosh al-Bieaa', Church Square, Kota Tua Mosul, Irak, Minggu (7/3/2021). Foto: ANTARA FOTO/REUTERS/Khalid al-Mousily/rwa.

jpnn.com, BAGHDAD - Paus Fransiskus mengakhiri kunjungan bersejarahnya ke Irak pada Senin setelah bertemu dengan para pemimpin Muslim dan Kristen dan menyampaikan khotbah tentang perdamaian dan cara hidup berdampingan selama perang.

Paus berangkat dengan pesawat dari Baghdad setelah mengunjungi kota-kota yang dilanda konflik.

BACA JUGA: Kunjungi Irak, Paus Fransiskus Dengarkan Kisah Pilu Korban Kekhalifahan ISIS

Francis melambaikan tangan untuk terakhir kalinya sebelum naik pesawat, yang mengibarkan bendera Vatikan dan Irak dari jendela kokpitnya.

Presiden Barham Salih menemani Paus yang berusia 84 tahun itu menelusuri karpet merah menuju ke pesawat penerbangannya.

BACA JUGA: Berkunjung ke Irak, Paus Fransiskus Menyambangi Bekas Benteng ISIS

Selama kunjungan Paus Fransiskus, yang merupakan kunjungan kepausan pertama ke Irak, ia mengunjungi empat kota, termasuk Mosul yang adalah wilayah bekas benteng ISIS.

Di wilayah luas yang masih dipenuhi reruntuhan itu, Francis mengatakan kepada rakyat Irak bahwa "perdamaian lebih kuat daripada perang."

BACA JUGA: Paus Fransiskus Kembali Singgung Kudeta Myanmar, Kata-katanya Makin Tegas dan Keras

Dia mengatakan Irak akan "selalu bersamaku, di hatiku".

Paus, yang berjalan dengan pincang selama beberapa bagian tur yang sibuk itu, juga membuat sejarah pertama dalam pertemuan dengan Ayatollah Ali al-Sistani Irak, yakni ulama Muslim Syiah Irak.

Warga Irak menyambut Paus Fransiskus dan mengatakan itu adalah kesempatan bagi dunia untuk melihat negara mereka yang terus dilanda krisis dengan cara baru.

Irak menderita salah urus kronis dan korupsi, dan tingkat kekerasan yang terus-menerus yang sering dikaitkan dengan persaingan antara Amerika Serikat dan Iran di kawasan itu yang telah berlangsung 18 tahun setelah AS menginvasi. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler