SURABAYA - Seekor harimau sumatera milik Kebun Binatang Surabaya (KBS) mati pada Kamis (4/4). Harimau yang diberi nama Rozek tersebut mati karena sakit komplikasi akut seperti gangguan paru - paru, hati, ginjal, dan pencernaan.
Untuk mengetahui penyebab komplikasi akut tersebut, KBS mengirim organ dalam harimau berumur 13 tahun itu untuk diuji di laboratorium. Tujuannya, mengetahui penyebab terjadinya komplikasi akut itu.
Kematian Rozek diketahui keeper harimau sekitar pukul 07.00. Petugas lalu melakukan otopsi pada tubuh harimau yang merupakan hasil pengembangbiakan asli KBS tersebut. Setelah mengotopsi, petugas memprediksi Rozek mati pada dini hari
Kepala Humas KBS Anthan Warsito menyatakan, hasil uji laboratorium baru bisa diketahui setelah satu atau dua minggu mendatang, bergantung antrean di laboratorium. ""Namun, bisa juga lebih cepat,"" ujarnya.
Menurut dia, pihaknya tidak bisa memprediksi penyebab komplikasi akut yang dialami Rozek tersebut. Soal kemungkinan disebabkan makanan, dia mengungkapkan bahwa harimau mendapat daging segar berupa daging sapi dan ayam.
Untuk harimau dewasa, daging yang diberikan bisa mencapai 6 kilogram setiap dua hari. ""Kami memberikan yang segar langsung dari pemasoknya,"" ujarnya saat ditemui di kantornya kemarin (6/4).
Anthan menyatakan, sebenarnya Rozek sudah masuk dalam daftar hewan-hewan bermasalah di KBS. Sebab, sejak lama pertumbuhan Rozek cukup berbeda dengan sebelas harimau lainnya. Hal itu diketahui dari makannya yang cukup sedikit, sehingga bobotnya tidak sama dengan harimau lainnya. ""Sekarang tinggal sebelas, delapan betina dan tiga jantan,"" ujarnya.
Dengan kematian Rozek, hewan yang masuk dalam daftar bermasalah sudah habis. Namun, masih ada beberapa hewan yang masuk daftar hewan tua. Misalnya, burung unta dan rusa.
Menurut Anthan, dua hewan tersebut memang sudah tergolong tua, namun tidak ada masalah kesehatan. ""Masih sangat sehat, jadi tidak ada masalah,"" ujar lelaki kelahiran Jogjakarta tersebut. (idr/c5/end)
Untuk mengetahui penyebab komplikasi akut tersebut, KBS mengirim organ dalam harimau berumur 13 tahun itu untuk diuji di laboratorium. Tujuannya, mengetahui penyebab terjadinya komplikasi akut itu.
Kematian Rozek diketahui keeper harimau sekitar pukul 07.00. Petugas lalu melakukan otopsi pada tubuh harimau yang merupakan hasil pengembangbiakan asli KBS tersebut. Setelah mengotopsi, petugas memprediksi Rozek mati pada dini hari
Kepala Humas KBS Anthan Warsito menyatakan, hasil uji laboratorium baru bisa diketahui setelah satu atau dua minggu mendatang, bergantung antrean di laboratorium. ""Namun, bisa juga lebih cepat,"" ujarnya.
Menurut dia, pihaknya tidak bisa memprediksi penyebab komplikasi akut yang dialami Rozek tersebut. Soal kemungkinan disebabkan makanan, dia mengungkapkan bahwa harimau mendapat daging segar berupa daging sapi dan ayam.
Untuk harimau dewasa, daging yang diberikan bisa mencapai 6 kilogram setiap dua hari. ""Kami memberikan yang segar langsung dari pemasoknya,"" ujarnya saat ditemui di kantornya kemarin (6/4).
Anthan menyatakan, sebenarnya Rozek sudah masuk dalam daftar hewan-hewan bermasalah di KBS. Sebab, sejak lama pertumbuhan Rozek cukup berbeda dengan sebelas harimau lainnya. Hal itu diketahui dari makannya yang cukup sedikit, sehingga bobotnya tidak sama dengan harimau lainnya. ""Sekarang tinggal sebelas, delapan betina dan tiga jantan,"" ujarnya.
Dengan kematian Rozek, hewan yang masuk dalam daftar bermasalah sudah habis. Namun, masih ada beberapa hewan yang masuk daftar hewan tua. Misalnya, burung unta dan rusa.
Menurut Anthan, dua hewan tersebut memang sudah tergolong tua, namun tidak ada masalah kesehatan. ""Masih sangat sehat, jadi tidak ada masalah,"" ujar lelaki kelahiran Jogjakarta tersebut. (idr/c5/end)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Plat Merah Tak Berstiker Akan Disanksi
Redaktur : Tim Redaksi