Saat bersaksi, Hartati mengatakan bahwa uang dari perusahannya yang diserahkan ke Amran dimaksudkan untuk mengamankan pabrik dan lahan sawit di Buol yang tengah diduduki preman. Namun tim JPU KPK meragukan jawaban Hartati.
Sadapan pertama yang diputar adalah pembicaraan antara Hartati dengan anak buahnya yang bernama Arim. Seperti diketahui, Arim adalah financial controller di PT Hardaya Inti Plantation (HIP) milik Hartati.
Dalam pembicaraan itu diketahui bahwa Hartati mengejar agar pengurusan Hak Guna Usaha (HGU) seluas 4500 hektar di Buol segera dituntaskan. Untuk meloloskan HGU itu, Hartati menyuruh Arim memberikan uang pelicin ke Tim Lahan Pemkab Buol.
"Itu (Tim Lahan) kan satu-satu perlu dikasih. Kamu kasih berapa?" tanya Hartati dalam sadapan KPK yang diperdengarkan di hadapan majelis yang diketuai Gusrizal.
Atas pertanyaan Hartati itu Arim menjawab pelan. "Ya, per orang 10 juta," jawab Arim di ujung telpon.
Hartati meminta agar anak buahnya itu bertahan di Buol hingga pengurusan HGU untuk PT HIP beres. "Ya pokoknya cepet saja. Kamu kasih dululah. Tapi kamu jangan pulang sebelum suratnya selesai," pinta Hartati.
Masih dalam sadapan yang sama Hartati juga memerintahkan Arim memberi uang Rp 3 miliar ke Amran. Sebab dari komitmen Rp 4 miliar, Amran baru menerima Rp 1 miliar.
Dalam sadapan itu uang dalam bilangan miliar disandikan dengan istilah kilo. "Kasih aja. Kita kan baru kasih satu kilo kan? Masih ada tiga kilo lagi. Nanti dia (Amran) masih akan kejar kita," ujar Hartati.
Setelah rekaman diperdengarkan, Hartati mengakui bahwa yang ada dalam sadapan itu memang suaranya. Namun ia tetap membantah anggapan telah memerintahkan anak buahnya menyuap Amran.
Menurut Hartati, perusahaannya di Buol tengah kesulitan karena diduduki preman. Sampai-sampai, HIP kesulitan membayar gaji pegawainya karena tidak bisa berproduksi.
"Saya sedang berjuang agar perusahaan dapat bangun lagi. Makanya apa saja saya ngalah. Apa permintaan Arim, saya kasih," tegas Hartati.
Sadapan kedua yang diperdengarkan adalah pembicaraan antara Hartati dengan Amran. Dari sadapan itu diketahui bahwa Hartati minta Amran mengutamakan PT HIP. Hartati juga minta Amran tidak membiarkan PT Sonokeling Buana milik putra Artalyta Suryani masuk Buol.
"Saya pahlawan lho di situ. Di situ masih kosong saya sudah di sana. Bapak tahu investasi di situ berat sekali. sekarang sudah maju kok kitanya dibeginikan," kata Hartati ke Amran.
Hartati pun minta ke Amran agar segera menyelesaikan surat usulan HGU bagi PT HIP. "Bapak bisa selesaikan dalam waktu seminggu gak?" tanya Hartati.
Saat sadapan dikonfirmasi ke Hartati, mantan anggota Dewan Pembina Partai Demokrat itu tak menampiknya. Namun Hartati menegaskan bahwa dirinya tengah bersandiwara karena tak mau diperas oleh Amran.
"Saya sandiwara saja, tak mungkin dia bisa selesaikan HGU itu," kelit Hartati.
Lantas apa maksud pemberian Rp 1 miliar tahap pertama? "Untuk keamanan (PT HIP dari gangguan preman). Saya nggak tahu ternyata itu untuk Pilkada," kata Hartati.
Hakim kembali mengejar Hartati tentang alasan uang Rp 1 miliar diserahkan ke Amran. "Kenapa ga dikasih ke perwakilan pendemo?" tanya hakim.
"Saya maunya seperti itu. Tapi waktu ketemu di Grand Hyatt bupati (Amran) minta lewat dia," ucap Hartati.
Saksi lain yang dihadirkan adalah direktur PT HIP, Totok Lestiyo. Menurut Totok, uang yang dikasih ke Amran memang untuk Pilkada.
Diungkapkannya, tingkat keterpilihan Amran sebagai kandidat incumben di Pemilukada Buol memang merosot. Karenanya uang dari PT HIP itu akan digunakan untuk membeli sembako. "Agar warga tertarik sama dia (Amran)," ucapnya.
Seperti diketahui dua anak buah pengusaha Hartati Murdaya, yakni Yani Anshori dan Gondo Sudjono, didakwa menyuap Amran. Yani dan Gondo bersama-sama dengan Hartati, didakwa memberikan uang dengan jumlah total Rp 3 miliar ke Amran demi mendapatkan Izin Usaha Perkebunan (IUP) dan Hak Guna Usaha (HGU) lahan seluas 4500 hektar di Kabupaten Buol.(ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Permai Grup Borong Proyek Pemerintah
Redaktur : Tim Redaksi