Haruna Soemitro, Kiprah dan Kegilaannya tentang Sepak Bola

Rabu, 19 Januari 2022 – 10:56 WIB
Anggota Exco PSSI Haruna Soemitro. Foto: Andika Kurniawan/JPNN.com

jpnn.com - Anggota Exco PSSI Haruna Soemitro menjadi trending topic jagat medsos setelah melontarkan kritik terhadap pelatih Timnas Indonesia Shin Tae Yong. Persepakbolaan bukan dunia asing bagi pria yang gagal mewujudkan mimpinya menjadi pemain sepak bola itu.

Muhammad Amjad, Jakarta

BACA JUGA: Haruna Soemitro Lempar Kritik untuk Shin Tae Yong, Dampaknya Tak Main-Main

HARUNA yang lahir pada 1964 di Magetan, Jawa Timur, seolah ditakdirkan dekat dengan sepak bola. "Rumah saya dahulu dekat lapangan bola," katanya dalam perbincangan dengan JPNN.com di rooftop Graha Pena Jakarta, belum lama ini.

Dia mengawali ceritanya sembari berbuka puasa. Teh tawar dan pastri berisi daging menjadi takjil bagi Haruna yang pada hari itu berpuasa Daud.

BACA JUGA: Haruna Soemitro

Selain duduk di Exco PSSI, Haruna juga direktur olahraga Madura United. Namun, jauh sebelum itu, dia merupakan pentolan Persebaya Surabaya, klub yang punya sejarah panjang di persepakbolaan Indonesia.

Haruna mengaku awalnya tak pernah membayangkan bahwa kelak duduk di Exco PSSI. Semula cita-citanya hanya menjadi pemain sepak bola.

BACA JUGA: Haruna Soemitro Kritik Shin Tae Yong, Begini Respons Tegas PSSI 

Semasa Haruna masih kecil dan tinggal di Magetan, hari-harinya lebih banyak dihabiskan di lapangan hijau. Namun, ada sebuah peristiwa pada 1975 yang mengubur keinginannya menjadi pesepak bola.

"Saat berusia sebelas tahun, saya kecelakaan. Ada cacat di kaki sehingga hilanglah mimpi saya jadi pemain sepak bola," ujarnya.

Haruna lantas memperlihatkan bekas luka itu. Ada bekas jahitan di kaki kanannya.

Memang Haruna tak bisa bermain sepak bola lagi. Namun, hasratnya menggeluti persepakbolaan tak hilang begitu saja.

Haruna muda tetap dekat dengan sepak bola dan mengurus klub di kampung halamannya. "Waktu SMA, saya sudah jadi pengurus di Persatuan Sepak Bola Magetan, Persemag," tutur suami Nur Hendriyatiningsih itu.

Setelah lulus SMA, Haruna melanjutkan studinya di Universitas Darul Ulum, Jombang. Di kampus, dia menjadi aktivis sekaligus mengurusi sepak bola mahasiswa.

Namun, Jombang hanya persinggahan sementara bagi Haruna. Surabaya menjadi kota selanjutnya.

"Setelah lulus saya bekerja dan jadi Bonek (bondho nekat, red)," tutur pria 58 tahun tersebut.

Haruna mengaku tak pernah melewatkan laga Persebaya di Gelora 10 November, Tambaksari, Surabaya pada era 1990-an. Sesekali dia merogoh koceknya sendiri demi mendukung Persebaya menjalani laga away di luar kota.

"Baik ke Jakarta, ke daerah lain, saya mbonek, 1990 sampai 1998-an saya terus jadi Bonek," ucap Haruna Soemitro.

Reformasi 1998 mendorong Haruna terjun ke politik. Peruntungannya di politik cukup bagus.

Haruna terpilih menjadi anggota DPRD Jatim hasil Pemilu 1999. Saat itu, dia menjadi legislator dari Partai Daulat Rakyat (PDR).

Saat menjadi wakil rakyat itulah Haruna benar-benar menjadi bagian dari Persebaya. Pada 2003, Dahlan Iskan sebagai ketua umum Persebaya saat itu menggaet Haruna.

Ketika itu, Persebaya terdegradasi dari Divisi Utama ke Divisi I. Tanpa diskusi panjang, tokoh pers Indonesia itu langsung meminta Haruna masuk ke dalam manajemen klub kebanggaan Bonek tersebut.

"Pokoknya kamu jadi manajer Persebaya malam ini," ujar Haruna menirukan ucapan Dahlan saat itu.

Persebaya pada saat itu tidak hanya terpuruk secara prestasi, tetapi juga menghadapi problem finansial. Haruna sebagai manajer bertugas mengembalikan Persebaya ke kasta tertinggi kompetisi sepak bola Indonesia.

"Alhamdulillah, setelah saya ditunjuk jadi manajer Persebaya, kami berprestasi, memperoleh promosi dan juara," ujar Haruna dengan bangga.

Pada 2003, Persebaya berhasil menjuarai Divisi I. Capaian itu mengantar Persebaya kembali ke Divisi Utama.

Setahun kemudian atau pada 2004, Persebaya menjadi kampiun Divisi Utama. "Pemain saya saat itu salah satunya Hamka Hamzah," tutur Haruna.

Mantan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) memiliki kredo 'mengurusi sepak bola berarti harus gila'. Haruna harus melego satu dari empat supermarket miliknya demi membiayai sepak bola.

"Kadang enggak pakai berpikir, asal mengeluarkan duit begitu saja demi bola," katanya.

Pada 2004, karier Haruna di persepakbolaan kian moncer. Dia dipercaya menjadi ketua PSSI Pengda (kini Asosiasi Provinsi/Asprov) Jatim.

Saat memimpin PSSI Jatim, Haruna berhasil membawa tim sepak bola provinsinya menyabet emas Pekan Olahraga Nasional (PON) 2004 di Sumatera Selatan. Saat itu, Jatim dan Papua menjadi juara bersama untuk cabang olah raga sepak bola.

Jatim kembali mengulangi kedigdayaannya pada PON 2008 di Kalimantan Timur. Tim sepak bola Jatim mengalahkan Papua dan menjadi juara umum PON XVII.

Saat Nurdin Halid menjadi ketua umum PSSI, Haruna ditarik ke Jakarta. Saat itulah Haruna masuk ke Exco PSSI.

Namun, Haruna justru mengundurkan diri dari jabatannya pada 2010. "Saya waktu itu ingin tobat nasuhah dan betul-betul berhenti dari sepak bola," bebernya.

Pria dengan rambut tipis itu memilih menyingkir dari sepak bola demi demi menggeluti bisnis kayu lapis atau plywood di pinggiran Lamongan, Jawa Timur. Namun, pada 2016, Haruna dihubungi Bos Madura United Achsanul Qosasi.

Dalam perbincangan itu, Achsanul meminta Haruna menangani Madura United yang bermarkas di Pamekasan. "Setelah itu saya kembali lagi mengurus sepak bola sampai sekarang," papar Haruna.

Haruna mengakui selama enam tahun mengurusi Madura United belum memberikan prestasi gelar juara. Pria yang gemar tampil sporty itu masih berusaha keras mempersembahkan gelar juara bagi tim kebanggaan masyarakat Pulau Garam tersebut.

"Sampai hari ini saya belum menemukan formulasi baku dan ideal untuk membawa tim itu juara," katanya.

Menurut Haruna, ada faktor yang memengaruhinya dalam mengurusi sepak bola saat ini. Sebagai orang konvensional, dia mengaanggap sekarang bukan eranya lagi.

"Saya akui, punya pengalaman dan cerita masa lalu, tetapi tidak cocok dengan masa sekarang," ucapnya.

Walakin, selalu ada tekad di benak Haruna dalam menangani sepak bola. Dia kembali masuk ke jajaran komite eksekutif atau exco pada era kepemimpinan Ketua Umum PSSI M Iriawan.

"Saya jadi ketum PSSI saja yang belum," tegasnya.

Dalam wawancara itu, Haruna mewanti-wanti beberapa hal dari pernyataannya tidak dibeber di media. "Off the record saja, biar enggak geger," katanya. (dkk/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur : Boy
Reporter : Muhammad Amjad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler