Haruskah Ibu Mengandung Percaya Mitos Seputar Kehamilan?

Selasa, 07 Oktober 2014 – 21:52 WIB
FOTO Ilustrasi.

jpnn.com - BEBERAPA mitos ternyata masih menghantui sejumlah pasangan suami istri yang tengah menantikan kehadiran seorang buah hati. Mitos-mitos seputar kehamilan yang dipengaruhi kultur budaya kerap menempatkan si ibu dalam situasi yang serba salah, bahkan bagi pasangan yang berlatar belakang pendidikan tinggi sekalipun. Bahkan tak sedikit pasangan yang merasa stres karena melanggar mitos-mitos itu

“Harapan ingin memiliki keturunan yang sempurna sering membuat ibu menjadi bersikap tidak rasional dalam menghadapi kehamilan,” kata dr Dini Adityarini SpA. 

BACA JUGA: Istirahat Sama Pentingnya dengan Berolahraga

Menurutnya, secara umum mitos-mitos kehamilan bisa dibagi menjadi dua kelompok besar. Yaitu mitos yang menyangkut kehamilan dan persalinan, serta mitos yang menyangkut masa nifas. Kedua mitos ini masing-masing dapat dibagi menjadi mitos yang menyangkut kebiasaan-kebiasaan atau tanda-tanda tertentu dan mitos yang berhubungan dengan makanan.

Dia menjabarkan beberapa mitos yang menyangkut soal makanan selama hamil antara lain larangan minum es yang dapat menyebabkan janin besar, minum air kelapa hijau agar kulit janin bersih, minum minyak agar persalinan menjadi lancar, larangan makan nanas, nangka agar tidak terjadi keguguran, larangan makan daging kambing yang bersifat ‘panas’. 

BACA JUGA: Masalah Aneh Pada Miss V

Selain itu ada juga mitos yang menyebut bahwa banyak minum menyebabkan ketuban banyak dan lain sebagainya. 

Sementara mitos yang menyangkut kebiasaan-kebiasaan atau tanda-tanda tertentu antara lain adalah larangan memasang paku di tembok, larangan mencuci beras di malam hari, larangan membunuh binatang yang memang boleh kita membunuhnya seperti kecoak, kalajengking dan lainnya. Selain itu ada juga larangan melilitkan handuk di leher karena khawatir lilitan tali pusat dan sebagainya.

BACA JUGA: Susah Tidur? Makan Nasi Saja

“Kalau mitos yang menyangkut masa nifas antara lain adalah larangan ibu untuk tidur siang, larangan untuk menekuk kaki, larangan keramas, larangan bepergian selama 40 hari, pantang makan tertentu terutama telur, ayam, daging supaya luka cepat kering. Selain itu ada anjuran minum jamu tertentu agar nifas lancar dan luka cepat kering, anjuran penggunaan stagen yang ketat agar tubuh cepat kembali langsing dan lain-lain,” kata dokter spesialis anak di RSIA Kendang Sari Surabaya itu.

Nah, menurutnya, secara umum semua mitos-mitos di atas adalah tidak benar. “Tidak bisa kita bayangkan kalau seandainya minum es bisa menyebabkan janin besar maka semua bayi yang dilahirkan di daerah yang diliputi suhu dingin akan besar semua. Padahal kenyataannya tidak,” kata dia.

Sebenarnya, kata dia, maksud mitos-mitos ini tujuannya adalah baik. Misalnya soal mitos larangan makan di depan pintu agar persalinannya menjadi lancar, menurutnya itu lebih ke masalah etika. “Tapi kadang-kadang karena sudah sedemikian salah kaprahnya, mitos itu sering membuat si ibu menjadi kebablasan yang menimbulkan perasaan stres di masa kehamilannya,” ujarnya.

Dia pun meminta agar kehamilan harus disikapi dengan rasa syukur dan perasaan senang. “Jangan perlakukan seorang ibu hamil seperti orang sakit dengan beribu macam larangan. Diskusikan dengan dokter kandungan yang merawat kalau ada informasi yang meragukan,” kata Dini. (mas/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kenji Sekiguchi dan Keluarga Samurai Indonesia


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler