JAKARTA - Konferensi tingkat menteri (KTM) ke-9 Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) yang akan diikuti 159 negara di Bali, Desember 2013 mendatang, harus menghasilkan sesuatu yang bermanafaat bagi perdagangan dunia dan saling menguntungkan antara negara maju dengan negara berkembang.
Menurut Direktur Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional, Kementerian Perdagangan, Iman Prambagyo, dua agenda penting yang ingin dicapai Indonesia dan negara berkembang lain dalam organisasi perdagangan dunia adalah masalah fasilitas perdagangan.
"Dalam WTO di Bali akan dilihat apa sih yang bisa kita panen dari pertemuana di Doha? Yang pertama soal fasilitas perdagangan dan kedua paket untuk negara berkembang. Fasilitas perdagangan ini penting untuk memperlancar promo," kata Iman di gedung Kemendag, Jakarta, Kamis (21/3).
Iman mengatakan, kebutuhan antara negara maju dengan negara berkembang kapasitasnya tidak sama. Karena itu sebelum WTO di Bali, negara-negara berkembang dan kurang berkembang harus mendata kebutuhan masing-masing.
"Untuk negara-negara berkembang dan kurang berkembang ini dalamnya seperti fasilitas agrikultur, pelabuhan yang kurang bagus, atau ketentuan kepabeanan masih tertinggal dan harus diperbaharui, ini penting untuk memudahkan membangun sebuah sistem perdagangan," kata Iman.
Jadi menurut Iman, isu tentang fasilitas perdagangan ini salah satu yang paling bisa diputuskan segera dalam pertemuan tingkat menteri ke-9 WTO di Bali, untuk kembali membangun kepercayaan dunia sebelum melakukan agenda yang lain.
"Tentunya beberapa negara memiliki pandangan lain, seperti fasilitas perdagangan itu yang dilihat itu hanya negara maju. Padahal fasilitas perdagangan itu masih diperlukan negara berkembang dan negara belum berkembang. Sementara di negara maju fasilitasnya sudah sangat mapan," jelasnya.
Karena itu KTM ke-9 WTO harus bisa menghasilkan sesuatu yang balance antara negara berkembang dengan negara maju. Bahkan sudah jadi satu keharusan karena pada dasarnya baik negara berkembang maupun negara maju sama-sama punya kepentingan dalam perdagangan dunia.(Fat/jpnn)
Menurut Direktur Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional, Kementerian Perdagangan, Iman Prambagyo, dua agenda penting yang ingin dicapai Indonesia dan negara berkembang lain dalam organisasi perdagangan dunia adalah masalah fasilitas perdagangan.
"Dalam WTO di Bali akan dilihat apa sih yang bisa kita panen dari pertemuana di Doha? Yang pertama soal fasilitas perdagangan dan kedua paket untuk negara berkembang. Fasilitas perdagangan ini penting untuk memperlancar promo," kata Iman di gedung Kemendag, Jakarta, Kamis (21/3).
Iman mengatakan, kebutuhan antara negara maju dengan negara berkembang kapasitasnya tidak sama. Karena itu sebelum WTO di Bali, negara-negara berkembang dan kurang berkembang harus mendata kebutuhan masing-masing.
"Untuk negara-negara berkembang dan kurang berkembang ini dalamnya seperti fasilitas agrikultur, pelabuhan yang kurang bagus, atau ketentuan kepabeanan masih tertinggal dan harus diperbaharui, ini penting untuk memudahkan membangun sebuah sistem perdagangan," kata Iman.
Jadi menurut Iman, isu tentang fasilitas perdagangan ini salah satu yang paling bisa diputuskan segera dalam pertemuan tingkat menteri ke-9 WTO di Bali, untuk kembali membangun kepercayaan dunia sebelum melakukan agenda yang lain.
"Tentunya beberapa negara memiliki pandangan lain, seperti fasilitas perdagangan itu yang dilihat itu hanya negara maju. Padahal fasilitas perdagangan itu masih diperlukan negara berkembang dan negara belum berkembang. Sementara di negara maju fasilitasnya sudah sangat mapan," jelasnya.
Karena itu KTM ke-9 WTO harus bisa menghasilkan sesuatu yang balance antara negara berkembang dengan negara maju. Bahkan sudah jadi satu keharusan karena pada dasarnya baik negara berkembang maupun negara maju sama-sama punya kepentingan dalam perdagangan dunia.(Fat/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Perusahaan Besar Diminta Bangun Perumahan Pekerja
Redaktur : Tim Redaksi