jpnn.com, JAKARTA - Emisi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batu bara berupa fly ash sudah terkonsentrasi menjadi bahan baku semen menyusul diterapkannya teknologi Electrostatic Precipitator/ESP.
Ahli Emisi Udara dari Universitas Sultan Agung Tirtayasa, Anton Irawan mengatakan rata-rata PLTU sudah dipasang ESP. Hasil penyaringan fly ash dengan ESP itu mencapai 99,5 persen, sehingga tidak beterbangan.
BACA JUGA: Lewat Program AKAR Goes To School, Pupuk Indonesia Terapkan Nilai AKHLAK Sejak Dini
“Hasil penyaringan emisi itu (fly ash) juga berguna untuk bahan baku semen. Fly ash sudah menjadi nilai tambah, jadi memang sudah sangat ramah,” ujar Anton.
Hasil penyaringan emisi tersebut, bisa terlihat dari perbedaan asap yang dikeluarkan dari PLTU.
BACA JUGA: Program Panasonic Kid Witness News 2023, Memotivasi Pelajar untuk Berprestasi
“Sekarang sudah bagus pengelolaan pembangkitanan listrik berbasis batu bara di Tanah Air, dan tinggal bagaimana pemantauan oleh pemerintah sehingga emisi udara ambien tetap di bawah baku mutu emisi sesuai PP No. 22/2021 pada lampiran VII,” katanya.
Saat ini, banyak PLTU yang memperoleh penghargaan patuh terhadap aturan yang ditentukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan kehutanan (KLHK).
BACA JUGA: Begini Upaya Nyata PIS untuk Mengurangi Polusi dan Tekan Emisi
Menurut Anton, perlu dilakukan investigasi lebih lanjut untuk sumber emisi yang menyebabkan kualitas udara di Jakarta menurun.
“Saat ini, pembangkitan listrik berbasis batu bara jangan terlalu dijadikan kambing hitam. Apalagi musuh. Semua sudah memenuhi standar yang ditetapkan dunia," sebutnya.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy Artada