Hasil Pertanian Ini Bisa Menjadi Peluang Bagi Para Petani

Jumat, 24 September 2021 – 23:17 WIB
Kristianingsih bersama produk yang dihasilkan bersama Kelompok Wanita Tani (KWT). Foto dok pribadi

jpnn.com, JAKARTA - Singkong kini tidak sekadar diolah pengganti beras atau menjadi keripik. Selain itu, panganan tersebut biasanya diolah dengan cara digoreng dan direbus.

Kristianingsih, bersama-sama Kelompok Wanita Tani (KWT) bisa mengembangkan usaha singkong menjadi rengginang.

BACA JUGA: Lagi Naik Daun, Sikap Amanda Manopo Dikomentari Petinggi TV Ini

Ketertarikan dia mengembangkan produk olahan tersebut karena wilayah tempat tinggalnya berupa pegunungan kapur yang sebagian besar ialah penghasil singkong.

Adapun, Kristianingsih bersama kelompok perempuan KWT tinggal di Kabupaten Bojonegoro. Di wilayah itu sepanjang hutan masyarakat menanam singkong dan pisang.

BACA JUGA: LPEI Kucurkan Modal Kredit PT Sarinah Senilai Rp50 Miliar

"Jadi, bahan baku melimpah, otomatis harganya juga rendah. Masyarakat juga sudah terbiasa dengan singkong. Jadi, saya tinggal menambahkan teknologi pengolahan saja,” kata dia dalam keterangan persnya, Jumat (24/9).

Menurut Kristianingsih, pihaknya membuat rengginang dari singkong dan tidak ada campuran beras ketan.

BACA JUGA: Perkuat Market, Kobe Boga Utama Launching Produk Baru

Pasalnya, Rengginang berbahan baku ketan akan dihindari orang yang mempunyai masalah dengan lambung dan asam urat.

"Jadi, mencoba membuat sesuatu yang bisa dikonsumsi. Kami alihkan dengan bahan baku singkong tadi bahan bakunya lebih murah, tetapi nilai jualnya lumayan tinggi,” tutur dia.

Menurut Kristianingsih, pencetakan rengginang singkong produk kelompoknya masih dilakukan manual menggunakan tangan, meskipun bisa memakai mesin.

Dia beralasan, pengolahan tradisional bisa menyerap banyak tenaga kerja. Dengan kapasitas produksi 3 kwintal per harinya dibutuhkan sekitar 20 karyawan.

“Saya mengondisikan supaya di tiap-tiap kecamatan ada produksinya,” katanya.

Kristianingsih mengatakan, tempat pelatihan pihaknya berkolaborasi dengan Kementerian Pertanian, Dinas Koperasi dan UMKM, serta Dinas Perindustian dan Dinas Ketenagakerjaan.

Kini Kris, sapaan Kristianingsih mempunyai 160 binaan, masing-masing ada 8-10 orang pengelola.

“Kami koordinasi supaya setiap tempat ada, dengan 58 titik toko modern tidak mungkin melakukan sendirian,” ujar dia.

Produk rengginang kelompok Kristianingsih ini sudah masuk marketplace Lazada, Shopee, Bukalapak, Indomaret, dan Alfamart.

Kebutuhan ke depan, kata Kris, pelaku usaha seperti dirinya memerlukan ketelatenan, komitmen, dan kerja sama. Terlebih lagi, 50 persen pembeli biasanya berasal dari pasar daring.

"Di hari tani ini saya dan rekan-rekan yang bergerak di bidang olahan pascapanen bisa bekerja sama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan pemasaran. Sampai sekarang setidaknya lima kelompok tani mengirim hasil buminya kepada kami untuk diolah," timpal Kris.(ast/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur : Yessy
Reporter : Aristo Setiawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler