Hasil PISA 2018 Turun, Nadiem Makarim Harus Kerja Keras

Selasa, 03 Desember 2019 – 19:20 WIB
Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Hasil PISA (Programme for International Student Assesment) 2018 baru saja dirilis. Rerata indikator penilaian (membaca, matematika, sains) mengalami penurunan.

Terhadap hasil tersebut, anggota Komisi X DPR RI Debby Kurniawan, mengaku prihatin. Pasalnya hasil program internasional tiga tahunan tersebut, negara Indonesia masih sangat rendah

BACA JUGA: Ketum IGI: UN jadi Ladang Bisnis, Nadiem Makarim Berani Menghapusnya?

"Peringkat Indonesia masih di 72. Ini menunjukkan tingkat literasi kita masih rendah," ujar Debby dalam pesan elektroniknya, Selasa (3/12).

Ia mengatakan, hasil PISA 2018 jauh lebih rendah dari 2015 lalu. Di mana Indonesia menempati peringkat 64. Hasil ini menunjukkan sistem pendidikan di Indonesia mengalami kemunduran.

BACA JUGA: Presiden Minta Mendikbud Tindaklanjuti Laporan PISA

"Semestinya perencanaan pendidikan baik tentu hasilnya akan maksimal. Kalau sekarang PISA saja peringkatnya turun, ini perlu dipertanyakan. Ada apa dengan sistem pendidikan kita," terangnya.

Data dari hasil PISA 2018 menunjukkan Indonesia, nilai membaca 371, matematika 379 dan nilai sains 396. Sementara pada 2015 lalu nilai membaca 403, matematika 397 dan nilai sains 386.

BACA JUGA: Mendikbud Nadiem Pengin Jadi Pelayan Para Guru

"Literasi dasar membaca kita sangat rendah. Malah mengalami penurunan. Ini jelas pekerjaan rumah (PR) untuk Mendikbud Nadiem Makarim. Mas Nadiem harus kerja keras," katanya.

Debby meminta, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) terus meningkat kualitas pendidikan. Apalagi, menurutnya tingkat membaca masih 30 persen, matematika baru 29  persen dan kemampuan sains baru 40 persen.

"Harus ada perubahan pada sistem pembelajaran kita dari berbasis kertas ke komputer. Tuntutan era revolusi industri 4.0 kita juga harus didukung dengan literasi membaca yang baik. Tanpa itu mustahil kita bisa menguasai IPTEK," bebernya.

Ia menilai, rendahnya tingkat literasi di Indonesia dikarenakan banyak hal. Salah satunya adalah penggunaan teknologi yang kurang bijaksana. Tentu, menurutnya pemerintah harus bisa menyadarkan masyarakat tentang melek teknologi yang baik.

Lebih jauh dia menjelaskan, tingkat literasi membaca sangat mempengaruhi tingkat perekonomian suatu negara. Hingga saat ini Indonesia masih belum bisa menciptakan anak-anak  yang kritis dan analitis. 

"Kami akan minta Kemdikbud mengevaluasi lagi sistem pendidikan kita. Kan anggaran pendidikan kita besar. Dan selama ini sejumlah program untuk peningkatan SDM  guru dan infrastruktur sudah ditingkatkan," terangnya. (esy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler