Hasil Riset Indonesia Indicator Ungkap Pemenang Debat Ketiga Capres Versi Netizen, Siapa?

Selasa, 09 Januari 2024 – 08:04 WIB
Debat ketiga calon presiden Pemilu 2024. Foto tangkapan layar live streaming YouTube JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Hasil riset Indonesia Indicator (i2) menunjukkan Anies Baswedan menjadi pemenang debat ketiga di mata netizen.

Hal itu ditunjukkan dari data eksposure dan engagement perbincangan netizen tentang Anies Baswedan selama debat ketiga Capres-Cawapres pada 7 Januari 2024 malam.

BACA JUGA: Gelar Kopdar, FIM Ajak Mahasiswa untuk Sukseskan Gerakan Pilpres 2024 Sekali Putaran

Tercatat perolehan eksposure Anies Baswedan menjadi yang terbesar di antara capres lainnya dengan total unggahan 67.785 post dan total engagement sebesar 614.058.

Sementara total eksposure Prabowo Subianto mencapai 56.509 post dengan 629.867 engagement dan eksposure Ganjar sebesar 51.682 post dengan 354.950 engagement.

BACA JUGA: Indonesia Krisis Petani Muda, Anies Ingin Negara Perbaiki Tata Niaganya

Engagement adalah tingkat interaksi netizen terhadap tokoh tersebut, melalui reaksi like, komen, share, dan retweet.

Indonesia Indicator (i2) merupakan perusahaan intelijen media yang memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligent (AI).

BACA JUGA: RUMI Yakin Elektabilitas Prabowo Melejit Seusai Debat Pilpres

Data yang dihimpun berasal dari perbincangan netizen di lima platform media sosial (Twitter, Facebook, Instagram, Tiktok, Youtube).

Data dianalisis secara realtime dengan menggunakan sistem Intelligence Socio Analytics (ISA) dan Social Network Analytics (SNA).

Direktur Komunikasi Indonesia Indicator (i2) Rustika Herlambang mengatakan secara umum, netizen lebih banyak fokus pada penampilan, suasana, dan jalannya debat dibanding dengan substansi gagasan yang disampaikan para kandidat.

Netizen cenderung memberikan atensi kepada penampilan Prabowo yang dianggap sebagai objek serangan kedua lawannya.

“Siapa yang ‘menguasai’ panggung akan mendapat atensi. Jumlah percakapan Anies tertinggi, disusul Prabowo,” ujar Rustika dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin (8/1/2024).

Dalam hal ini, menurut Rustika, Prabowo sebagai objek yang terseret dalam konflik. Netizen mengunggulkan Anies karena dianggap menguasai panggung sehingga Prabowo terseret-seret untuk melakukan klarifikasi terus-menerus.

“Netizen juga mengunggah isu bahwa Anies yang menjadi juara debat,” ungkap Rustika.

Netizen merasa kaget, serangan Anies yang dilontarkan kepada Prabowo keluar sejak segmen pertama (pemaparan visi dan misi). Sebagian netizen memaknai strategi tersebut sebagai tembakan yang tepat untuk menyerang.

Namun di sisi lain, serangan Anies dinilai terlalu berlebihan dan sangat personal kepada Prabowo.

Mayoritas netizen menyebut Prabowo tidak dapat menahan emosi sejak awal hingga konsentrasinya buyar.

Menurut Rustika, Anies piawai dalam memilih narasi sepanjang debat, selain memainkan emosi dengan berbagai pertanyaan atau pernyataan yang dianggap memojokkan bahkan sejak awal visi misi.

“Gagasannya soal peningkatan kemampuan teknologi pertahanan siber juga menarik,” ujar Rustika.

Dalam hal ini, kata dia, Anies memahami psikologi kandidat lainnya, selain memahami karakter pemirsa.

Netizen terfokus pada situasi panggung yang memanas sejak awal dimulai. Prabowo bahkan mulai terseret emosi  sejak penyampaian visi dan misi sehingga sampai memasukkan 'klarifikasi' dalam visi misinya.

Hal inilah yang membuat netizen mulai tertarik memperbincangkannya karena Anies dianggap berhasil untuk memantik emosi Prabowo.

Serangan bertubi-tubi yang diterima Prabowo membuat sentimen negatif terkait perbincangannya mencapai 47 persen, tertinggi di antara yang lain, Anies 36 persen dan Ganjar 25 persen.

Netizen menyebut jika Prabowo selalu berkilah jika dimintai data oleh dua capres lainnya.

Demikian pula dengan perolehan emotion Disgust sekitar 25 persen, lebih tinggi dari Anies yang hanya 16 persen dan Ganjar 11 persen.

Hal ini terlihat dari ketidaksukaan netizen terhadap respons dan jawaban Prabowo selama debat yang dianggap tidak mencerminkan seseorang yang menguasai pertahanan.

“Prabowo yang dianggap netizen pasti akan hebat karena ini tema sangat Prabowo banget agak kecewa karena penampilan Prabowo tidak seistimewa ekspektasi netizen dan kubu pendukungnya. Ini berbalik dengan Gibran yang dianggap underdog saat debat cawapres namun malah dianggap mengejutkan karena performanya jauh lebih baik dari biasanya,” terangnya.

Meskipun demikian, netizen perempuan yang merespons Prabowo tetap menegaskan Prabowo tetap yang terbaik dan menguasai data, karena pertahanan adalah wilayahnya. Sementara, oleh pendukung Prabowo, kedua capres lain tidak tahu ‘isi dalamnya’ Pertahanan itu sendiri.

Prabowo juga mendulang ungkapan rasa simpati dan kasihan yang besar dengan posisi Prabowo ‘babak belur’ dari serangan Anies dan Ganjar.

“Terdapat emotion sadness sebesar 13 persen karena sebagian netizen melihat dengan cukup sedih raut muka Prabowo saat mendapatkan serangan oleh Anies dan Ganjar,” ungkap Rustika.

Variasi perbincangan di jagat maya juga berasal dari apresiasi netizen atas penampilan Ganjar yang dianggap menguasai materi dibanding capres lain. Kehadiran Ganjar dengan gaya penampilan TOP GUN disukai netizen karena menunjukkan spirit muda, dinamis, dan trendy.

Ganjar juga dianggap tampil maksimal, meyakinkan dengan data, ekspresi yang lebih menonjol, dan beberapa gagasan yang diarahkan pertama-tama adalah untuk kepentingan nasional.

Kesetujuan Prabowo terhadap gagasan Ganjar juga menjadi atensi netizen. Imbasnya Ganjar memperoleh perbincangan positif terbanyak dibandingkan dengan kandidat lainnya, yakni sebesar 57 persen dan sentimen netral 18 persen.

Ganjar dinilai mampu memberikan penjelasan lebih baik dibandingkan dua capres lainnya. Ganjar juga dinilai lebih menguasai bahan paparan dibandingkan Anies dan Prabowo. Itu juga terlihat dari emotion Trust ganjar yang sangat mendominasi percakapan sebesar 62 persen.

“Ganjar tampil paling tenang, berusaha tidak emosi dan tertarik dalam pusaran konflik yang telah dibangun Anies sejak awal. Meski tampil bagus tapi jadinya kurang banyak dieksplorasi netizen karena fokusnya beralih ke Anies-Prabowo tadi,” ujar Rustika.

Jejaring Perbincangan

Dalam jejaring perbincangan netizen, kelompok klaster netral dari netizen organic nonkubu mendominasi 37,28 persen perbincangan.

Perseteruan Anies dan Prabowo menjadi sorotan utama sekaligus bahan meme/lelucon netizen. Sementara Ganjar diberi julukan sebagai "wasit" atau penengah oleh netizen.

“Emosi, let me cook, omon-omon, langsung memuncaki trending topic di Twitter, platform yang paling sering digunakan untuk membahas peristiwa yang sedang terjadi secara realtime, seperti peristiwa debat ini,” ujar Rustika.

Selanjutnya diisi klaster perbincangan Anies dengan 25,26 persen. Pernyataan Anies terkait kinerja Kemenhan dan isu “etika” dinilai sebagai pukulan telak untuk Prabowo. Kelompok Pro-Anies mengkritisi Prabowo yang agresif dan kerap kurang fokus pada substansi pertanyaan debat.

Pada klaster perbincangan Ganjar sebesar 13,64 persen, kelompok pro Ganjar menyindir Prabowo yang dinilai kerap "nebeng" pernyataan Ganjar. Bahkan muncul singkatan GBPS (Ganjar Bicara Prabowo Setuju).

Sementara kelompok pendukung Ganjar kerap menyuarakan komitmen Ganjar untuk kesejahteraan TNI dan Polri dengan memunculkan narasi program Kuliah Gratis untuk anak TNI-Polri.

Di klister perbincangan Prabowo Subianto sebesar 9 persen, berisi kontra narasi yang dilakukan saat Prabowo menyindir partai pengusung Anies yang menyetujui program Prabowo sebagai Menhan.

Netizen simpati dan menilai debat kali ini menjadi ajang “desak Prabowo”, padahal Prabowo lebih paham permasalahan Pertahanan.(fri/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler