Hasil Riset Segara, Digitalisasi Kemendikbudristek Berdampak Positif Bagi Sektor Pendidikan

Jumat, 12 Mei 2023 – 18:00 WIB
Lembaga riset Segara Research Institute memaparkan hasil surveinya dalam webinar bertajuk “Efektivitas Teknologi Dalam Ekosistem Dunia Pendidikan di Indonesia, Jumat (12/5). Foto: Tangkapan layar Zoom.

jpnn.com - JAKARTA - Kebijakan Kemendikbudristek mengimplementasikan teknologi digital dalam memajukan dunia pendidikan menuai respons positif.

Sejumlah kepala sekolah, guru, siswa, dosen, dan para pemangku kepentingan lainnya, menilai platform digital Kemendikbudristek berhasil mengoptimalkan kegiatan belajar dan mengajar serta memudahkan proses administrasi sehingga menjadi lebih akuntabel. 

BACA JUGA: BSKDN dan BRIN Berkolaborasi jadi Penghubung Daerah Kembangkan Riset Berbasis Isu Empiris

Apresiasi positif ini tercermin dalam riset Segara Research Insitute yang dipublikasikan pada Jumat (12/5).

Direktur Eksekutif Segara Research Insitute Piter Abdullah menjelaskan bahwa dengan menggunakan skala likert 10 (1: sangat tidak setuju – 10: sangat setuju), hasil survei menunjukkan bahwa kehadiran aplikasi dan platform digital Kemendikbudristek disambut sangat baik oleh pelaku dunia pendidikan, dalam hal ini kepala sekolah, guru, dosen dan mitra/industri.

BACA JUGA: Info Terbaru Kemendikbudristek soal Rapor Pendidikan, Dijamin Sekolah Lebih Mudah 

Adapun nilai rata-rata 9,14/10 untuk kepala sekolah, 8,61/10 untuk guru, 9,36/10 untuk dosen dan 9,24/10 untuk mitra/industri. 

Respons positif ini, kata Piter, tidak terlepas dari tingkat penerimaan pelaku dunia pendidikan, dalam hal ini kepala sekolah, guru, dosen dan mitra/industri, terhadap kemajuan teknologi dan digitalisasi.

BACA JUGA: Kemendikbudristek Berlakukan Sertifikat Kompetensi Elektronik 

Tingkat penerimaan yang dimaksud adalah sejauh mana individu mengikuti dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan digitalisasi. 

“Secara rata-rata, tingkat penerimaan kepala sekolah ada diangka 8,84/10, guru di angka 8,67/10, dosen di angka 8,81/10 dan mitra/industri diangka 8,69/10. Hasil ini juga mengindikasikan bahwa hampir seluruh kepala sekolah, guru, dosen dan mitra/industri sangat terbuka pada perkembangan teknologi dan digitalisasi,” kata dia pada webinar bertajuk “Efektivitas Teknologi Dalam Ekosistem Dunia Pendidikan di Indonesia, Jumat (12/5).

Segara Research Insitute melakukan survei secara online terhadap 3.725 responden yang tersebar di seluruh Indonesia. 

Dari jumlah tersebut, 1.521 responden merupakan kepala sekolah, 1.591 guru, 328 dosen.

Kemudian, 285 mitra kerja lain yang menjadi bagian dari ekosistem pendidikan.

Dari sisi domisili, 3.752 responden ini tersebar merata di Pulau Jawa, Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, Maluku hingga Papua. 

“Basis respondennya memang kami perluas agar survei ini mendapatkan gambaran yang utuh.

Jadi, survei bukan hanya menguji efektivitas, tetapi juga membantu memetakan persoalan di lapangan, sehingga ke depan adopsi teknologi digital bisa lebih dioptimalkan untuk memajukan pendidikan,” kata Piter.

Dia memaparkan survei ini dilakukan untuk mengindentifikasi sejumlah isu terkait adopsi teknologi digital di sektor pendidikan.

Mulai dari sikap dan penerimaan pengguna aplikasi terhadap kemajuan teknologi, pengalaman pengguna dalam memanfaatkan platform digital Kemendikbudristek dan sejauh mana manfaatnya baik untuk individu dan institusi. 

“Dan yang paling penting adalah apa saja masukan dari responden untuk meningkatkan kualitas dan manfaat teknologi aplikasi dan platform digital Kemendikbudristek,” katanya. 

Adapun lingkup aplikasi dan platform digital yang menjadi objek survei adalah Platform Merdeka Mengajar (PMM), Sistem Informasi Pengadaan Sekolah (SIPLah), Aplikasi Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (ARKAS), Rapor Pendidikan, Akun Belajar,id, dan Kedaireka. 

Survei ini kata Piter, dilakukan di seluruh Indonesia dengan target responden, yaitu kepala sekolah untuk aplikasi/platform SIPLah, ARKAS dan Rapor Pendidikan, guru untuk aplikasi/platform PMM dan Akun Belajar.id dan dosen serta mitra industri untuk platform Kedaireka.

Lebih lanjut Piter menambahkan hasil survei juga menemukan bahwa tidak semua responden sudah menggunakan dan memanfaatkan aplikasi dan platform digital Kemendikbudristek.

ARKAS menjadi aplikasi/platform digital dengan tingkat penggunaan tertinggi.

Sebanyak 1.479 sekolah mulai dari SD hingga SMA/K dari 1.521 total responden sekolah sudah menggunakan ARKAS dalam perencanaan kegiatan dan anggaran sekolah (97 persen).

Sementara itu, SIPLah menjadi aplikasi/platform digital dengan tingkat penggunaan terendah, yakni 1.080 sekolah dari 1.521 total responden sekolah (71 persen). 

Menurut Piter, masih rendahnya penggunaan SIPLah maupun aplikasi/platform digital yang lain dipicu sejumlah faktor.

Dia menyebut, antara lain, kendala akses internet dan listrik di daerah yang tidak mendukung, kebutuhan sekolah maupun guru belum tercukupi melalui aplikasi/platform digital tersebut, sekolah sudah memiliki sistem internal sendiri, serta kurang mendapat sosialisasi dan bimbingan teknis secara langsung.

Lebih dalam lagi, survei ini menggali tentang kualitas dan kemudahan teknologi aplikasi dan platform digital Kemendikbudristek.

Kualitas dan kemudahan ini dinilai dari 4 aspek, yaitu user friendly, user interface, fitur dan integrasi antar aplikasi. Setidaknya 4 hal tersebut yang lazim menjadi penentu sebuah aplikasi/platform digital disukai oleh penggunanya atau tidak. 

“Dengan menggunakan skala likert 10 (1: sangat tidak baik – 10 sangat baik) menunjukkan bahwa aplikasi dan platform digital Kemendikbudristek memiliki kualitas dan kemudahan yang baik dengan nilai rata-rata 8,81/10 untuk Rapor Pendidikan, 8,73/10 untuk ARKAS, 8,6/10 untuk PMM, 8,43/10 untuk SIPLah dan 7,69/10 untuk Kedaireka. 

Selain itu, Piter menambahkan, aplikasi/platform digital dikatakan baik dan efektif ketika pengguna merasakan manfaat dari kehadiran aplikasi.

Manfaat tersebut merupakan nilai dari tujuan dibangunnya aplikasi/platform digital.

Setiap aplikasi/platform digital dibangun untuk tujuan-tujuan tertentu yang pada akhirnya mempermudah pengguna dalam menyelesaikan pekerjaan, memberikan solusi atas permasalahan, dan meningkatkan nilai pengguna. 

Secara rata-rata, dari skala likert 10 (1: sangat tidak setuju – 10: sangat setuju), tingkat kebermanfaatan SIPLah adalah 8,46/10, ARKAS 9,24/10, Rapor Pendidikan 9,09/10, PMM 8,75/10, Akun Belajar.id 8,77/10 serta Kedaireka 8,87/10 (bagi dosen) dan 8,74/10 (bagi mitra).

Hal ini menunjukkan bahwa sekolah, guru, dosen dan mitra/industri merasakan manfaat yang baik dari teknologi aplikasi dan platform digital Kemendikbudristek. 

Namun, lanjut Piter, kendala-kendala tetap ada dan menjadi bahan masukan dan evaluasi bagi pengembangan teknologi aplikasi dan platform digital Kemendikbudristek.

“Keterbatasan akses internet dan listrik, khususnya di daerah Indonesia timur dan daerah kepulauan menjadi kendala terbesar dalam mengakses aplikasi/platform digital. Tentu saja ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah pusat untuk memeratakan akses internet dan listrik ke seluruh pelosok,” kata Piter. 

Selain itu, penambahan fitur dan isi, tingkat kemudahan (ease of use), serta peremajaan user interface, menjadi masukan yang paling banyak diberikan untuk pengembangan ke depan. Tidak sedikit pengguna juga mengharapkan aplikasi/platform digital dikembangkan ke dalam bentuk mobile-based. (esy/jpnn)


Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler