jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik sekaligus pendiri Pusat Studi untuk Demokrasi Kiki Rizki Yoctavian mempertanyakan hasil sigi Lembaga Survei Indonesia (LSI) tentang elektabilitas tiga pasangan calon peserta Pilpres 2024
LSI dalam pemaparannya kemarin, Minggu (10/12), mengungkapkan bahwa pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka unggul jauh dari kedua pesaingnya dengan elektabilitas 45,6 persen.
BACA JUGA: Soliditas Mesin Politik jadi Kunci, Prabowo-Gibran Moncer di Jatim
Kiki mengingatkan bahwa berdasarkan hasil survei LSI sebelumnya, elektabilitas Prabowo-Gibran pada akhir Oktober lalu masih di angka 35,9 persen.
Menurut dia, lonjakan 9,7 persen yang terjadi dalam kurun waktu sekitar satu setengah bulan itu sangatlah janggal.
BACA JUGA: Survei Terbaru: Elektabilitas Ganjar-Mahfud Tempel Prabowo-Gibran, AMIN Paling Bawah
Jika dikonversi menjadi jumlah suara dengan basis DPT 204 juta, ujar Kiki, maka kenaikan elektabilitas Prabowo-Gibran setara dengan 19,8 juta suara.
“Jika survei LSI itu dianggap suatu kebenaran maka pertanyaannya adalah bagaimana Prabowo bisa mendapatkan tambahan 416 ribu suara setiap hari? Isu apa yang mampu membuat dalam 48 hari ada 19,8 juta suara pindah ke Prabowo,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima, Senin (11/12).
BACA JUGA: Pengamat Beber Kegagalan Proyek Food Estate Garapan Prabowo Subianto
Kiki heran narasi sekuat apa dan mesin amplifikasi sebesar apa yang bisa membuat 19,8 juta suara pindah dalam 48 hari.
“Mesin dari Bong Bong? Mesin Mossad CIA atau KGB pun rasanya gak mampu membuat pergeseran suara sebesar itu,” tanya dia.
Dia mencoba membandingkan raihan pasangan Prabowo-Gibran dengan pasangan lainnya Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar serta Ganjar Pranowo dan Mahfud MD.
“Kesalahan besar apa yang dilakukan Ganjar? Siapa yang dihina atau dinistakan Ganjar sehingga ada kemuakan luar biasa yang membuat 19,8 juta suara pindah ke Prabowo? Bahkan kalau kita gunakan Pilkada DKI sebagai perbandingan, maka tuduhan penistaan agama dan diriingi Demo berjilid-jilid pun tidak mampu menggeser suara sebesar dan secepat ini,” terang Kiki.
“Sebaliknya kebaikan semulia apa yang dilakukan oleh Prabowo Gibran atau Jokowi sekalipun sehingga dalam 48 hari tiap hari rata rata 416 ribu suara pindah ke Prabowo?” sambungnya.
Sepengetahuan Kiki, tidak ada kesalahan yang dilakukan oleh Ganjar-Mahfud maupun Anies-Muhaimin sehingga menyebabkan terjadinya pergeseran 19,8 juta suara dalam medio 48 hari.
Sebaliknya, selama satu bulan ini justru ada banyak sentimen negatif yang menerpa Prabowo-Gibran, seperti mahkamah keluarga, politik dinasti, perubahan syarat pencalonan capres/cawapres, perubahan aturan debat hingga baliho misterius yang tersebar ke seluruh Indonesia dalam hitungan hari.
“Apakah istilah gemoy dan perubahan unsur kimia dalam asam folat hingga bisa menjadi asam sulfat punya kemampuan meyakinkan 19,8 juta orang untuk pindah dalam 48 hari? Kalau tidak ada kejadian dan isu yang luar biasa terjadi untuk pergeseran suara yang signifikan itu maka alasan memungkinkan adalah error sampling dalam metode survei. Kalaupun itu terjadi maka sangat layak seluruh lembaga survei untuk mengevaluasi metode2 surveinya untuk hasil yang lebih kredibel,” pungkasnya. (dil/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif