Hasil Survei: Peta Politik Pilpres Makin Kompetitif, Selisih Tipis

Kamis, 11 April 2019 – 08:38 WIB
Pangi Syarwi Chaniago. Foto: dokumentasi pribadi for JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Hasil survei Voxpol Center Research and Consulting pada 18 Maret - 1 April 2019 menunjukkan dari segi elektabilitas peta politik makin kompetitif, selisih elektabilas kedua pasang kandidat sudah semakin tipis.

Direktur Eksekutif Voxpol Center Research & Consulting, Pangi Syarwi Chaniago mengatakan pasangan Joko Widodo - Ma’ruf Amin masih memimpin dengan perolehan 48,8 persen dan pasangan Prabowo - Sandi 43,3 persen dengan 7,9 yang masih belum menentukan pilihan (Undecided Voters).

BACA JUGA: Santri Kudu Ngaji Ning Ojo Lali Nyoblos Jokowi

BACA JUGA: Massa Jokowi Bakal Membeludak Akibat Tantangan dari Fahri Hamzah

“Itu artinya, selisih elektabilitas kedua pasangan ini hanya terpaut 5.5 persen, kedua kandidat dan tim suksesnya harus bekerja keras mengamankan peluang memenangkan kontestasi 17 April 2019 yang tinggal menghitung hari,” kata Pangi dalam keterangan persnya, Kamis (11/4).

BACA JUGA: Iwan Fals Bilang Pilih Presiden dan Wakilnya itu Gampang

Pangi menjelaskan survei tersebut mengunakan metode multistage random sampling. Jumlah sampel dalam survei adalah 1.600 dengan toleransi kesalahan (margin of error) sebesar ± 2,45 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Survei ini menjangkau 34 provinsi secara proporsional berdasarkan data jumlah populasi pemilih terakhir. Pengumpulan data dilakukan oleh pewawancara terlatih melalui wawancara tatap muka dengan kuesioner terhadap responden yang telah terpilih secara acak. Setiap pewawancara mewawancarai 10 responden untuk setiap desa/kelurahan terpilih.

BACA JUGA: Jawi Papua Barat Bertekad Memenangkan Jokowi - Ma’ruf

Dilakukan Quality Control sebanyak 20 persen dari total jumlah sampel secara acak (random), dengan cara mendatangi kembali responden terpilih dan mengon?rmasi ulang responden terpilih (hot spot checking).

Menurut Pangi, survei ini bertujuan untuk menganalisis tingkat popularitas, likeabilitas dan elektabilitas Parpol dan Capres-Cawapres dalam Pemilu serentak tanggal 17 April 2019 mendatang. Survei ini juga bertujuan menganalisis persepsi dan harapan masyarakat Indonesia terhadap Parpol dan capres-cawapres.

“Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam menentukan pilihan politik, Menganalisis pandangan masyarakat tentang berbagai masalah fundamental di bidang sosial, ekonomi, politik serta kebijakan-kebijakan pemerintah,” katanya.

Lebih lanjut, Pangi menjelaskan hasil survei lembaganya menunjukkan peta politik masih dinamis dan kompetitif. Hal ini bisa ditinjau dari angka strong voters baik di pemilih capres maupun pemilih partai politik.

Menurutnya, Jokowi-Amin maupun Prabowo-Sandi memiliki tingkat loyalitas pemilih di bawah 50 persen dengan persentasi strong voter masing-masing sebesar 43.1 persen untuk Jokowi-Amin dan 40.9 untuk Prabowo-Sandi.

Pangi menjelaskan undecided voters tidak akan dominan pembelahan suara (split), walaupun tidak “semua” ke Prabowo atau Jokowi. Namun jalan pikiran undecided voters terbagi tiga trayek saja. Pertama, mereka akan menjadi bagian dari struktur golput.

Kedua, dominan memutuskan pilihan politik memilih Prabowo di injure time. Ketiga, dewa elektoral undecided voter sangat sedikit peluang bakal memilih incumbent. Karena undecided voters terjadi resistensi terhadap incumbent, mungkin sebagian pemilih melenial dan pemula masih berpeluang menjatuhkan pilihannya ke Jokowi, secara pikiran awam saja apakah masih kurang cukup waktu untuk menilai keberhasilan pemerintah selama 4,5 tahun? Menggapa undecided voter masih menunggu dan belum memutuskan memilih Jokowi?

“Dugaan saya mereka tidak puas dengan pemerintah (approval rating). Kalau kita baca trend “silent voters” berpeluang besar dominan memilih Prabowo ketimbang Jokowi. itulah kemudian, secara matematika politik mengapa Prabowo juga punya potensi menang kalau dilihat dari tren,” katanya.

Rendahnya angka strong voters ini akan mempengaruhi peta politik secara luas dan akan berpotensi merubah peta politik secara drastis, di sisi lain pemilih kita juga masih cair, partai ID kita juga masih rendah, relatif kecil pemilih setia dalam partai, biasanya faktor figur menjadi dasar pertimbangan mereka memilih.

Pangi menjelaskan makin tinggi angka strong voters kandidat atau partai politik maka semakin besar peluang meraih dukungan yang lebih besar. Pergeseran pilihan politik dari pemilih masih mungkin terjadi, kepastian pemilih terhadap pilihannya baru akan ditentukan pada saat mencoblos di bilik suara (27,9 %), melihat penampilan kandidat pada saat debat terahir (22,1%), sebelum berangkat ke TPS (19,7%), dan menunggu calon memberikan hadiah/sembako/uang (13,1%).

“Itu artinya masih banyak faktor yang bisa mengintervensi pilihan politik ini, di antaranya tokoh agama (21,7%), Lurah/kades (10,4%) keluarga (8,9%), tokoh partai (7,6%),” kata Pangi.

Oleh karena itu, menurut Pangi, kalau pilpres diselenggarakan hari ini, di atas kertas Jokowi masih unggul, sang penantang memang belum bisa melewati angka elektabilitas Jokowi. Namun pada hari H masih banyak faktor-faktor lain yang bisa mengubah peta politik elektoral seperti asupan swing voter, split undecided voters, golput, kampanye terbuka. Ditambah angka margin of error, isu dan money politik serta logistik lainnya.

“Dengan demikian, baik Jokowi maupun Prabowo pada hari pencoblosan sama-sama punya peluang “menang” dan sama-sama punya peluang “kalah” dalam pertarungan pilpres,” kata Pangi.(fri/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gus Nabil: Pak Jokowi Sudah Menang di Hati Rakyat


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler