Hasto Kristiyanto: Banyak Pemburu Rente di Belakang Impor

Minggu, 21 Maret 2021 – 16:12 WIB
Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyebut banyak pemburu rente di belakang impor. Ilustrasi: Ricardo/jpnn

jpnn.com, JAKARTA - Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyebut banyak pemburu rente di belakang impor.

Hal itu dikatakan Hasto menanggapi rencana impor satu juta ton beras oleh Kementerian Perdagangan.

BACA JUGA: Mendag Jamin Tak Ada Impor Beras, Tetapi Ini Syaratnya...

"Menteri Perdagangan tidak boleh melakukan suatu tindakan yang pragmatis hanya untuk impor. Saya tahu di belakang impor itu banyak pemburu rente," kata Hasto usai acara gerakan tanam pohon di Waduk Rawa Lindung, di Jakarta, Minggu (21/3).

Dia menyebut, semangat yang dilakukan saat ini adalah membangun kedaulatan pangan di dalam negeri karena Indonesia memiliki sumber pangan melimpah.

BACA JUGA: Soal Rencana Impor Beras, Begini Penjelasan Mendag

Untuk itu, sejak setahun terakhir PDIP melakukan gerakan menanam tanaman pengganti beras, di antaranya umbi-umbian, ketela, sukun, dan pisang.

"Karena itulah sikap PDIP, kami menolak impor beras," tegas dia.

Sebelumnya, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan berencana melakukan impor beras sebanyak satu juta ton karena pasokan berkurang.

Rencana kebijakan impor beras itu pun mengundang polemik.

Bulog mencatat stok beras saat ini mencapai sebesar 869.151 ton.

Stok itu terdiri atas stok komersial sebesar 25.828 ton dan cadangan beras pemerintah (CBP) sebesar 843.647 ton.

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi pada konferensi pers virtual pada hari Jumat (19/3) menyebutkan sekitar 270 ribu ton beras yang diimpor pada 2018 diperkirakan turun mutu.

Jumlah stok saat ini dikurangi jumlah beras yang turun mutu, menurut dia, stok beras Bulog diperkirakan menjadi 500 ribu ton.

Sementara itu, Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), potensi produksi beras periode Januari—April 2021 diperkirakan mencapai 14,54 juta ton.

Namun, menurut Menteri Perdagangan, penyerapan gabah petani oleh Bulog juga rendah, atau hingga pertengahan Maret 2021 mencapai sekitar 85 ribu ton.

Penyebabnya, kata dia, di antaranya karena gabah basah akibat musim hujan. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler