jpnn.com - JAKARTA - Program Brigade Pangan Kementerian Pertanian menjadi salah satu upaya mempercepat swasembada pangan.
Namun, seiring dengan meningkatnya perhatian publik terhadap program tersebut, beredar pula hoaks di berbagai platform media sosial yang berpotensi menyesatkan masyarakat dan mengganggu kelancaran pelaksanaan program.
BACA JUGA: Hamdalah, Mentan Amran Sulaiman Pastikan Stok Pangan Aman Jelang Natal dan Tahun Baru
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian Moch. Arief Cahyono mengingatkan masyarakat untuk lebih selektif dalam menerima dan menyebarkan informasi terkait Brigade Pangan.
“Kami mengimbau masyarakat untuk selalu memverifikasi informasi terkait Brigade Pangan langsung dari sumber resmi Kementerian Pertanian. Hoaks yang beredar bisa menghambat pelaksanaan program dan merugikan banyak pihak, terutama petani yang menjadi ujung tombak keberhasilan program ini,” ujar Arief.
BACA JUGA: Optimalkan Produksi Beras Nasional, Kementan Siapkan Brigade Pangan dari Bone
Beberapa hoaks yang sering ditemukan di media sosial antara lain Informasi Palsu tentang Proses Pendaftaran Petani Milenial, Penyebaran informasi yang menyesatkan terkait mekanisme pembentukan dan pendaftaran Brigade Pangan, gaji 10 juta, klaim tidak benar mengenai pemberian bantuan alat mesin pertanian dan pupuk dengan imbalan tertentu, manipulasi Data Keberhasilan Program dengan menyebarkan data yang sudah dimanipulasi untuk menggiring opini negatif terhadap program.
Arief menjelaskan cara menghindari hoaks tentang Brigade Pangan, yaitu;
BACA JUGA: Solidaritas Pangan Dunia: Program âGrain from Ukraineâ Membantu Negara Terdampak Krisis
- Cek Sumber Informasi dengan memastikan informasi berasal dari situs resmi Kementerian Pertanian atau kanal komunikasi resmi seperti akun media sosial terverifikasi.
- Menghubungi langsung Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) atau penyuluh pertanian setempat.
- Dan yang terakhir jangan ikut menyebarkan konten yang belum dipastikan kebenarannya (terverifikasi).
Arief memastikan pemerintah berkomitmen untuk terus memastikan transparansi dan akuntabilitas dalam pelaksanaan Program Brigade Pangan.
"Dengan dukungan penuh dari semua pihak, termasuk kesadaran masyarakat dalam memerangi hoaks, kami optimistis bahwa Brigade Pangan akan berhasil menjadi motor penggerak pertanian modern di Indonesia,” tutur Arief.
Kementerian Pertanian meluncurkan program Brigade Pangan sebagai langkah strategis yang bertujuan untuk mempercepat swasembada pangan nasional dengan memadukan teknologi modern dan semangat generasi muda.
Program tersebut hadir sebagai respons terhadap tantangan di sektor pertanian, seperti keterbatasan regenerasi petani dan perlunya modernisasi dalam sistem pertanian di Indonesia.
Brigade Pangan dirancang sebagai wadah kolaborasi antara teknologi, manajemen modern, dan pemberdayaan petani milenial untuk mengelola lahan pertanian dalam skala yang lebih luas dan efisien.
Melalui Brigade Pangan, Kementerian Pertanian berharap dapat meningkatkan produksi padi secara signifikan dan memastikan keberlanjutan sektor pertanian di tangan generasi muda yang lebih adaptif dan inovatif.
Setiap Brigade Pangan terdiri dari 15 petani milenial yang memiliki komitmen dan kemampuan dalam mengelola lahan pertanian secara profesional. Dengan skema ini, setiap brigade bertanggung jawab atas lahan seluas ±200 hektar, yang diharapkan mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap produktivitas pertanian nasional.
Dalam pelaksanaannya, pembentukan Brigade Pangan diawali dengan pengajuan ke Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) melalui penyuluh pertanian di tingkat desa. Selanjutnya, musyawarah dilaksanakan di tingkat desa dengan melibatkan kepala desa dan Babinsa untuk menghasilkan kesepakatan yang dituangkan dalam Surat Keputusan (SK) Kepala Desa.
Setelah itu, data brigade akan diinput ke dalam aplikasi Simluhtan, memastikan transparansi dan pemantauan yang efektif oleh pemerintah.
Dukungan dari pemerintah untuk para anggota brigade mendapatkan pelatihan intensif tentang teknik pertanian modern dan manajemen agribisnis, serta akses terhadap alat dan mesin pertanian (alsintan) modern, benih unggul, pupuk berkualitas, dan sarana produksi pertanian lainnya.
Selain itu, infrastruktur seperti sistem tata air dan irigasi turut dibangun untuk memastikan optimalisasi lahan pertanian dapat berjalan dengan baik.
Secara ekonomis, program ini memiliki potensi yang menjanjikan. Dengan biaya operasional yang diperkirakan mencapai Rp3,94 miliar per tahun, pendapatan yang dihasilkan dapat mencapai Rp8,4 miliar per tahun, menghasilkan keuntungan bersih sekitar Rp4,46 miliar.
Lebih dari itu, setiap anggota brigade diproyeksikan mampu memperoleh pendapatan hingga Rp10 juta per bulan, yang akan berdampak signifikan pada kesejahteraan petani muda.
“Program Brigade Pangan bukan sekadar upaya meningkatkan produksi pangan, tetapi juga menjadi langkah nyata dalam menciptakan ekosistem pertanian yang lebih modern, profesional, dan berkelanjutan. Kami yakin bahwa dengan dukungan penuh dari pemerintah, penyuluh, dan partisipasi aktif generasi muda, Indonesia mampu mewujudkan kemandirian pangan yang kuat,” ujar Arief. (*/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mufthia Ridwan