jpnn.com - JAKARTA - Fungsionaris DPC Partai Gerindra Kabupaten Karawang, Yanto SH mengharapkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) menelusuri asal-usul harta kekayaan para pasangan calon bupati dan calon wakil bupati di kabupaten penghasil beras itu. Alasannya, ada calon dengan lonjakan kekayaan yang tak wajar.
Yanto menuturkan, KPU Karawang beberapa waktu lalu telah mengumumkan harta kekayaan para calon kepala daerah dan pasangannya. Dalam catatannya, ada yang janggal dengan kenaikan harta Cellica Nurrachadiana.
BACA JUGA: PDIP Ingin Akhiri Paceklik di Pilkada Bengkulu
Cellica merupakan calon incumbent. Ia sebelumnya menjadi wakil bupati Karawan. Politikus Partai Demokrat itu menjadi pelaksana tugas (Plt) bupati Karawang menggantikan Ade Swara yang digelandang KPK karena menerima suap.
Menurut Yanto, kekayaan Cellica saat maju pada pilkada Karawang tahun 2010 hanya Rp 2,2 miliar. Namun, kini kenaikan hartanya bisa dibilang wah. “Mencapai Rp 37,9 miliar,” ujar Yanto dalam siaran pers ke media, Rabu (2/12).
BACA JUGA: Ingat, Serangan Fajar Bisa Picu Konflik Pilkada
Ketua badan pemenangan pilkada DPC Gerindra Karawang itu menuturkan, gaji dan tunjangan Cellica sebagai Plt bupati tentu tidak memungkinkan adanya lonjakan kekayaan yang luar biasa. Karenanya, kata Yanto, KPK dan PPATK perlu menelusurinya. “Kalau perlu KPK melakukan pembuktian terbalik.
Sebelumnya, Cellica sudah membeber ke publik tentang lonjakan harta kekayannya. Calon bupati Karawang dari Partai Demokrat itu mengaku sudah kaya sejak dulu.
BACA JUGA: DPD: Beda dari Tujuan Awal, Pesimistis Pilkada Serentak Bisa Digelar 2028
Namun, harta kekayaannya yang dilaporkan saat mendampingi Ade Swara dalam pilkada Karawang tahun 2010 memang tidak seluruhnya. Alasannya karena demi menjaga etika. “Etikanya saya menghargai beliau (Ade Swara). Masa calon wakil bupatinya melaporkan harta kekayaannya melebihi calon bupatinya?” kilahnya.
Yanto pun justru menganggap pernyataan Cellica itu sebagai hal aneh. Sebab, pengakuan itu berarti telah menempatkan Cellica tidak jujur dalam melaporkan harta kekayaannya.
“Yang bersangkutan bisa dikategorikan memalsukan data. Ini bisa jadi celah bagi KPK untuk melakukan penyelidikan," tambah Yanto.
Seperti diketahui, pilkada Karawang diikuti enam pasang calon. Yakni Akhmad Marjuki-TB Dedy Suwandi Gumelar (koalisi PDIP, Hanura dan PBB), Cellica Nurrachadiana-Ahmad Zamakhsari (Partai Demokrat, PAN dan PKS), serta Saan Mustopa-Iman Soemantri (koalisi NasDem, Gerindra dan Golkar).
Selain itu ada pula tiga pasang calon yang maju melalui jalur perseorangan. Yakni Nace Permana-Yeni, Daday Hudaya-Edy Yusuf, serta Nanan Taryana-Asep Gustian.
Cellica tercatat sebagai calon dengan kekayaan terbesar. Selanjutnya ada Akhmad Marjuki dengan kekayaan Rp 33,3 miliar.
Di bawah Marjuki ada Daday Hudaya dengan kekayaan Rp 13,9 miliar. Kemudian ada Saan Mustopa dengan kekayaan Rp 4,7 miliar.
Sedangkan Nace Permana melaporkan kekayannya sebesar Rp 4 miliar. Terakhir ada nama Nanan Taryana dengan kekayaan Rp 2,1 miliar.(ara/JPNN)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bola Panas RUU KPK, Fahri Serahkan ke Presiden
Redaktur : Tim Redaksi