HB X: Sekarang, Tikus Takluk dengan TBS

Jumat, 03 Januari 2014 – 19:07 WIB
DAHLAN ISKAN MEMANEN PADI - Menteri BUMN Dahlan Iskan (kanan) bersama Gubernur DIJ Sri Sultan Hamengku Buwono X (dua kanan), Dirut PT Petrokimia Gresik Hidayat Nyakman (dua kiri) dan Bupati Sleman Sri Purnomo memanen padi dalam panen raya di Desa Sidoluhur, Kecamatan Godean, Sleman, Jumat (3/1/2014). Kegiatan tersebut merupakan panen perdana setelah gagal panen dalam kurun waktu hampir empat tahun terakhir akibat serangan hama tikus. Foto : Guntur Aga Tirtana/Radar Jogja/JPNN.com

jpnn.com - GODEAN - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Hamengku Buwono X mengapresiasi keberhasilan teknologi trap barrier system (TBS) yang diterapkan di Sidoluhur, Godean. Bagaimana tidak, program pengendalian hama tikus terpadu (PHTT) hasil kerjasama PT Petrokimia Gresik dengan Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kementerian Pertanian membuat petani bahagia.

Baru kali ini, petani di kawasan lumbung padi Kabupaten Sleman merasakan panen raya padi. Setelah empat tahun berturut-turut selalu mengalami gagal panen. Bahkan, HB X mencatat, sejak 15 tahun lalu kondisi pertanian di wilayah barat Sleman tak pernah berubah.  Selalu gagal panen karena tanaman diserang tikus.

BACA JUGA: Mulai Eksodus, Eks PSK Dolly Jadi Primadona di Malang

Kondisi itu kini berbalik 180 derajat. Petani tak sekedar panen. Produktivitas padi juga meningkat. Rata-rata per hektar 6 ton. Angka itu lebih tinggi dari rata-rata nasional sebesar 5 ton per hektare. Itu menjadi pertanda baik di awal musim 2014.

“Saya berharap kerjasama dengan PT Petrokimia Gresik berlanjut. Dan lebih banyak petani terlibat agar hasil panen optimal bisa lebih merata,” ungkap HB X di sela perayaan panen raya di Desa Sidoluhur, Kecamatan Godean, Sleman, Jumat (3/1/)

BACA JUGA: Jumlah Anak Nakal Turun, Kualitas Kenakalan Naik

Gubernur lantas menanyai seorang petani bernama Y. Sunardi tentang hasil panen kali ini. Ketua Kelompok Tani Sidoluhur itu mengatakan bahwa sebelum menggunakan metode TBS, hasil maksimal hanya berkisar 3-4 ton per hektare lahan.

Setelah pakai TBS hasil panen minimal saja 8 ton per hektare. “Dulu lebih banyak padi yang dimakan Den Baguse tikus daripada yang dipanen. Sekarang tikus takluk dengan TBS,” ungkapnya disambut aplaus petani lain.

BACA JUGA: Nelayan Laporkan ada Surat KM Alken Mengapung di Laut

Meski hasil panen telah menguntungkan petani,  HB X mengaku belum puas. Menurut gubernur, hasil itu belum bisa menyejahterakan petani. Sebab, pendapatan petani belum bisa menutup biaya operasional. Itu dengan asumsi kepemilikan sawah rata-rata 300 meter persegi tiap petani.

Nah, peningkatan produktivitas dengan memotong siklus perkembangan tikus, petani harus mengubah pola tanam yang selama ini menganut padi-padi-pantun. Artinya selama setahun tiga musim tanam, sawah selalu ditanami padi. “Siklus tikus tak akan hilang karena tanaman sama. Saya ingin petani sadar dan tak buru nafsu mendapat panen,” pintanya.

Untuk memutus siklus tikus, HB X berharap petani menerapkan pola padi-padi-sayuran (palawija) dalam satu periode musim.

Bagi Direktur Utama PT Petrokimia Gresik Hidayat Nyakman, membasmi endemis tikus bukan hal mustahil. Asal digunakan teknologi yang pas dan didukung semua pihak, khususnya petani sendiri.

Nyakman mengatakan, pengendalian hama tikus merupakan bagian dari program Gerakan Peningkatan Produksi Pangan berbasis Korporasi (GP3K). Meski tugas utama sebagai produsen pupuk, PT Petrokimia Gresik diminta Menteri BUMN Dahlan Iskan turut berperan menjadi fasilitator pengendalian hama demi meningkatkan produktivitas pangan.

PT Petrokimia Gresik membentuk tim Brigade Hama. “Jadi pengawalan kami kepada petani lengkap. Selain pemupukan, juga pengendalian hama. Mulai dari awal olah tanah hingga masa panen,” ujarnya.

Untuk memudahkan petani, tim Brigade Hama juga telah menerbitkan, membagikan, dan menyosialisasikan buku panduan pengendalian hama, penyakit, dan gulma pada padi. (yog)

BACA ARTIKEL LAINNYA... TNI AL Bakal Turunkan Kapal Perang Jenis Patroli


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler