jpnn.com, JAKARTA - Setiap tahun, angka penyandang diabetes terus bertambah. Diperkirakan jumlah penderita diabetes mencapai lebih dari 400 juta orang di seluruh dunia pada 2030.
Penderita diabetes juga bisa mengalami keluhan gangguan pembuluh darah dan luka yang sulit sembuh.
BACA JUGA: Waspada, 5 Sayuran Ini Jangan Dikonsumsi Penderita Diabetes
Hal itu karena tingginya kadar gula darah pada penderita diabetes bisa membuat pembuluh darah arteri lama-lama akan mengeras dan menyempit.
Ini menyebabkan aliran darah dari jantung menuju seluruh tubuh jadi terhambat, penyempitan arteri akhirnya menghambat suplai darah yang kaya oksigen dan nutrisi.
BACA JUGA: Tiga Gejala Utama Diabetes yang Perlu Diwaspadai, Begini Cara Mengatasinya
Kondisi tersebut yang menimbulkan Penyakit arteri perifer (PAP) atau Peripheral Artery Disease (PAD) yaitu terjadinya penyumbatan pada arteri perifer.
Selain itu, membuat penderita luka diabetes kesulitan memperbaiki kerusakannya dengan cepat.
BACA JUGA: Saran Dokter Edi Hidayat untuk Penderita Diabetes selama Ramadan, Tolong Disimak
PAD terkadang tidak menimbulkan gejala, karena penyakit ini cenderung berkembang secara perlahan.
Jika anda sering mengalami kram, kebas, nyeri, atau luka yang sulit sembuh, Anda mungkin menderita PAD.
Apabila PAD yang tidak ditangani dengan seksama, maka dapat mengakibatkan nyeri berkepanjangan, kematian jaringan, sampai pada ancaman amputasi.
Heartology Cardiovascular Center yang dipimpin oleh dr. Suko Adiarto, Sp.JP(K) menjelaskan ada prosedur Peripheral Angioplasty (angioplasti perifer) yang merupakan tindakan pilihan untuk mengatasi PAD.
Prosedur non-bedah ini menggunakan kateter yang bertujuan menghilangkan sumbatan dengan pemakaian balon dan stent.
“Saat ini perkembangan ilmu pengetahuan di bidang perawatan luka telah berhasil menekan angka amputasi. Penggunaan berbagai dressing modern untuk mengatasi infeksi dan menjaga agar suasana luka tetap lembap juga sangat diperlukan. Karena dalam suasana lembap, pertumbuhan jaringan baru menjadi lebih optimal dan proses penutupan luka oleh sel kulit baru bisa terjadi dengan lebih cepat,” ujar Dokter Adi.
Dokter Adi juga tidak menganjurkan penggunaan kassa sebagai penutup luka.
Menurutnya, kassa tidak bisa menjaga kelembapan daerah luka dan meningkatkan risiko infeksi.
Saat ini perawatan luka selalu mengedepankan pentingnya kerja sama multidisiplin.
Pada kasus luka diabetik kaki, perawatan luka dapat ditangani oleh dokter spesialis luka.
"Namun, bilamana terjadi penyumbatan pembuluh darah di kaki, maka diperlukan keterlibatan spesialis vaskular untuk tindakan revaskularisasi atau perbaikan aliran darah ke tungkai guna menunjang proses penyembuhan luka yang optimal," sambungnya. (flo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia