jpnn.com - Saat ini ada salah satu jenis penyakit jantung yang bisa mengancam kesehatan kaum pria. Penyakit tersebut adalah aneurisme aorta atau diseksi aorta. Apa itu?
Menurut Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dari Heartology Cardiovascular Center Brawijaya Hospital, dr. Suko Adiarto, Sp.JP(K), PhD FIHA, FICA, FAsCC, aorta adalah bagian terbesar dari pembuluh darah arteri yang memanjang dari jantung hingga ke perut bawah.
BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Peringatan Moeldoko tak Main-Main Lho, Kopda Asyari Kena Sanksi Berlapis
Robeknya aorta bisa terjadi secara tiba-tiba (akut) dan tidak menimbulkan gejala. Namun, jika dibiarkan akan mengakibatkan kematian.
“Tetapi, bila dalam dua hingga tiga jam tidak segera dioperasi, penderita akan meninggal,” ungkap dr. Suko yang juga sub spesialisasi intervensi kardiologi dan vaskular, dalam webinar.
BACA JUGA: Hipertensi Menyebabkan Ini Pada Jantung
Menurutnya, diseksi aorta dan aneurisma aorta tidak bisa dibedakan berdasarkan gejala dan pemeriksaan fisik, sehingga pemeriksaan penunjang seperti CT scan sangat diperlukan.
Kecepatan dan ketepatan dokter spesialis jantung dalam mendiagnosis diseksi aorta sangat menentukan keselamatan pasien.
BACA JUGA: 7 Manfaat Mengejutkan Minum Jus Pepaya Campur Lemon, Nomor 4 Baik untuk Jantung
“Faktor penyebab diseksi aorta antara lain riwayat keluarga, hipertensi, naiknya tekanan darah secara mendadak, riwayat aneurisme aorta, artherosklerosis ataupun kelainan genetic (sindroma marfan),” papar Dokter Suko.
Sementara itu, NCBI (National Center for Biotechnology Information) melaporkan bahwa insiden terjadinya diseksi aorta adalah 5-30 kasus per satu juta orang dengan rentang usia 40-70 tahun.
Berdasar kondisinya, ada dua jenis aorta yang robek yaitu tipe A dan tipe B. Paling berbahaya dan mematikan adalah tipe A.
Sebab, bagian aorta yang robek ada pada pangkalnya yang menempel ke serambi jantung atau yang disebut dengan aorta asendens. Penanganannya juga harus melalui
operasi.
Beda dengan tipe B, yang umumnya bisa diatasi dengan obat atau dengan intervensi endovaskular. Pada tipe yang lebih complicated mgkn memerlukan kombinasi berupa bedah dan endovascular yang dapat dilakukan di OK/Cathlab Hybrid yang tersedia di Heartology Cardiology Vascular.
Pada bagian tengah, aorta asendens memiliki tiga cabang arteri. Bagian yang bercabang itu dikenal dengan nama aorta arch.
Menurutnya, pada kasus diseksi tipe A, dua jenis aorta itulah yang robek parah sehingga perlu diganti dengan graft dari bahan dakron.
Operasi penggantian aorta arch itu disebut dengan operasi Hemiarch Aorta Replacement.
Mengganti aorta asendens arch tak semudah mengganti katup atau pembuluh darah koroner. Sebab, untuk menggantinya kondisi pembuluh darah tersebut harus benar-benar ‘bersih’ dari
darah. Dengan demikian, ahli bedah bisa melihat dengan jelas seberapa panjang yang perlu diganti.
Operasi bentall seperti operasi aorta lainnya, termasuk salah satu operasi tersulit sehingga memerlukan banyak persiapan.
Keahlian tim dokter, tim pendukung dan ketersediaan tehnologi merupakan kunci keberhasilan operasi bentall dan penggantian hemiarch.
Pada kesempatan yang sama, dokter Sub spesialisasi Bedah Thoraks dan Kardiovaskular dr. Dicky Aligheri Wartono, Sp.BTKV(K) FIHA, FICA mengatakan semua prosesnya harus dilakukan secara perlahan serta sangat hati-hati, agar aman bagi pasien.
Setelah operasi, tim dokter tetap memerhatikan pasien dengan sangat cermat. Sebab, risiko pendarahan atau stroke atau hal-hal lain akibat proses pembekuan bisa muncul setelah operasi.
“Risiko kegagalan dalam operasi bentall yang didahului penggantian hemiarch sekitar 70 persen. Maka prosesnya harus dilakukan dengan hati-hati,” pungkasnya. (flo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia