jpnn.com - PALEMBANG - Pencapaian 2.700 petani sawit swadaya di Sumatera Selatan patut diacungi jempol.
Para petani yang mengelola luasan lahan sawit 5.500 hektar itu berhasil meraih sertifikat Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) .
BACA JUGA: Mendikbud Ajak Bank Permudah Pencairan Dana KIP
Mereka merupakan kelompok petani sawit swadaya terbesar di dunia yang mendapatkan sertifikasi berkelanjutan dari RSPO.
Sertifikat RSPO diserahkan kemarin (23/8) kepada perwakilan petani oleh pemerintah daerah Sumatera Selatan dan perwakilan RSPO yang disaksikan oleh Kementrian Perkebunan dan Wilmar.
MP Tumanggor, Komisaris Wilmar menyatakan upaya untuk mendukung petani sawit mandiri dan memastikan kesadaran mereka terhadap industri kelapa sawit yang berkelanjutan, merupakan tantangan tersendiri.
BACA JUGA: Akom Prihatin Lihat Kinerja Ditjen Pajak
“Sangat salut terhadap perolehan petani swadaya ini, karena untuk memperoleh sertifikat ini bukanlah hal yang mudah. Semua ada standarnya, bahkan untuk mengambil buah sawit saja harus berkacamata,” kata Tumanggor.
Dan Wilmar sangat konsen terhadap capaian petani itu. “Ini agar sawit kita bisa diterima pasar Eropa dan ujungnya adalah kemakmuran petani sawit,” tambahnya.
BACA JUGA: Gelar RUPSLB, PTPP Setujui Rights Issue Rp 2,16 Triliun
Jeremy Goon, Chief Sustainability Officer Wilmar menambahkan, bahwa menanamkan kesadaran kepada petani adalah pendekatan Wilmar untuk membantu petani kecil menuju pembangunan berkelanjutan.
“Kami mengambil tantangan tersebut dengan pandangan dan pengembangan model rantai nilai berkelanjutan yang inklusif serta dapat direplikasi dan ditingkatkan di daerah lain di seluruh dunia,” ujarnya.
Para petani yang terbagi dalam tujuh koperasi tingkat desa itu tergabung dalam perhimpunan ‘Sapta Tunggal Mandiri’ (STM) dan memproduksi total sekitar 92.000 metrik ton Tandan Buah Segar (TBS) bersertifikat.
“Kami bangga dengan prestasi Sapta Tunggal Mandiri. Melalui keberhasilan ini kita lebih percaya diri untuk memajukan banyak petani Indonesia lainnya di kemudian hari,” kata Tumanggor.
Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) dibentuk pada 2004 dengan tujuan mempromosikan pertumbuhan dan penggunaan produk kelapa sawit berkelanjutan melalui standar global yang kredibel. RSPO adalah asosiasi non-profit yang menyatukan para pemangku kepentingan dari tujuh sektor di sepanjang industri minyak kelapa sawit.
Yakni pekebun kelapa sawit, pengolah atau penjual minyak kelapa sawit, produsen barang untuk konsumen, peritel, bank dan investor, LSM konservasi lingkungan, dan LSM sosial untuk mengembangkan dan mengimplementasikan standar global untuk minyak kelapa sawit berkelanjutan.
Representasi multi-pemangku kepentingan tersebut tercermin dalam struktur kepemimpinan RSPO. Kursi di Dewan Eksekutif dan Kelompok Kerja dialokasikan untuk setiap sektor tersebut.
Melalui cara ini, RSPO menghidupkan filosofi 'meja bundar' yakni dengan memberikan hak yang sama kepada setiap kelompok pemangku kepentingan.
Wilmar yang merupakan anggota aktif dari RSPO sejak 2005 berkomitmen untuk mengembangkan secara inklusif rantai pasokan berkelanjutan yang mencakup petani swadaya di Indonesia.
Wilmar menerapkan sistem agribisnis terpadu yang mencakup seluruh rantai bisnis komoditas pertanian, dari mulai budidaya, pengolahan, hingga merchandising untuk pembuatan berbagai produk pertanian dunia.
Bagi Wilmar Group dan RSPO, peran petani swadaya menjadi penting untuk industri kelapa sawit karena petani swadaya berkontribusi sekitar 40 persen dari total produksi minyak sawit dunia.
Amin Rohmad, salah satu petani swadaya bersertifikat dan juga manajer kelompok STM, mengatakan para petani swadaya senang dan bangga bisa dianugerahi sertifikasi RSPO. “Kemampuan untuk menghasilkan TBS yang berkelanjutan tidak hanya akan meningkatkan kesejahteraan kami, tetapi juga membantu menghubungkan kita di Sumatera Selatan ke pasar global,” ujarnya.
Dengan diraihnya RSPO, lanjut dia, hal ini menunjukkan bahwa petani swadaya mampu memenuhi standar keberlanjutan internasional jika diberi dukungan yang memadai.
“Kami juga bangga untuk mewakili Provinsi Sumatera Selatan dan Indonesia,” jelasnya.
Dhiny Nedyasari, Direktur RSPO Indonesia menambahkan semakin banyak petani plasma mencapai tingkat kemandirian yang memungkinkan mereka untuk menjadi petani mandiri. Hal ini sangat penting bagi perusahaan seperti Wilmar, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan pemerintah untuk terus mempromosikan dan membangun kapasitas setiap petani untuk dapat mencapai sertifikasi RSPO.
“Melalui sertifikasi RSPO ini, maka petani swadaya dapat meningkatkan hasil usaha mereka, meningkatkan keuntungan, mendapatkan akses ke pasar internasional dan pada saat yang sama melindungi lingkungan melalui penerapan praktek-praktek pertanian yang ramah lingkungan,” kata Julia Majail.
Hingga kini, RSPO telah membantu 113, 673 orang petani untuk mendapat sertifikat dan memfasilitasi kemitraan antara petani kecil, LSM dan sektor swasta. Total lahan petani kelapa sawit yang telah mendapat sertifikasi RSPO adalah 263,371 hektare.
Asisten Deputi menteri perekonomian, Wilistra Danny mengatakan, pemerintah akan terus memberi asistensi kepada perusahaan atau petani untuk mencapai standart yang sudah disyaratkan itu.
“Ini perjuangan agar petani kita lebih berdaya saing. Karena itu selamat kepada petani yang sudah secara mandiri mencapai sertifikat itu juga untuk perusahaan yang tanpa leleah memberi dukungan kepada mereka,” pungkas Wilistra. (rl/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Impor Tembakau tak Boleh Lebih Dari 20 Persen
Redaktur : Tim Redaksi