jpnn.com, CIANJUR - Kelompok petani yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Petani Multi Jaya Giri (Gapoktan Mujagi) saat ini mengelola sekitar 100 hektare lahan pertanian.
Tanaman yang diolah pun beragam, dari tanaman pangan lokal hingga tanaman pangan berstandar ekspor.
BACA JUGA: Harga Gabah Untungkan Petani, Gapoktan Subur Asri Semringah
Gapoktan Mujagi didirikan oleh Suhendar, seorang anak petani asal Desa Pacet, Cianjur, yang tergerak hatinya memajukan pertanian.
Awal mula berdiri pada 2009 lalu, lahan pertanian yang diolah hanya sekitar 200 meter persegi.
BACA JUGA: Mentan Ajak Negara G20 Kuatkan Pangan Sebagai Pilar Kemanusiaan
Kini lahan yang dikelola sudah berkembang menjadi lebih dari 100 hektare.
“Kami tidak hanya menanam sayuran lokal atau konvensional, tetapi ada juga sayuran eksotis, seperti tomat momotaro, mizuna, nasubi, chabocha delika, dan kuroda carrota,” kata Suhendar pada Kamis (24/11).
BACA JUGA: Kementan dan PT Berdikari Berkolabriasi Mengembangkan Sapi Wagyu di Gowa
Menurut Suhendar, pemasaran produk pertanian yang dihasilkan para petani yang tergabung dalam Gapoktan Mujagi memang tidak hanya untuk pasar lokal atau dalam negeri saja tetapi juga menyasar pasar ekspor.
“Kami melayani pembeli yang merupakan swalayan Jepang, seperti Aeon, Papaya Fresh Gallery. Standar kualitasnya mengikuti SOP ekspor,” tutur Suhendar.
Khusus tanaman sayuran untuk pembeli Jepang sebagian besar ditanam di dalam rumah kaca. Ini juga mengikuti SOP sayuran berstandar ekspor.
Untuk menggarap lahan pertanian, para petani dibantu oleh mahasiswa jurusan pertanian. Salah satunya bernama Darul Ikhsan.
Menurut Darul, bekerja di Gapoktan Mujagi dapat menambah wawasan dan ilmu terkait pertanian. Juga ilmu pemasaran produk pertanian.
“Bekerja di sini saya bisa menambah ilmu. Juga jadi memunculkan keinginan untuk mengembangkan bisnis pertanian,” kata Darul.
Selain menjual produk hasil pertanian secara konvensional, Suhendar dan para petani di Gapoktan Mujagi memasarkan melalui marketplace.
“Kita juga harus bisa memanfaatkan teknologi untuk memasarkan hasil pertanian. Jadi kami juga menjual produk kami melalui marketplace oranye dan hijau,” kata Suhendar.
Dalam berbagai kesempatan, Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian Prihasto Setyanto mendorong petani untuk memperbaiki proses produksi dan pascapanen terutama apabila produk pertanian dimaksudkan untuk mengisi pasar ekspor.
Untuk menembus pasar ekspor, kata Prishato, harus memperhatikan tiga K, yaitu kuantitas, kualitas, dan kontinuitas. (flo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi