jpnn.com - NAMA Aiptu Simon Junion Buang Sine atau biasa dipanggil Buang Sine mungkin sudah tak asing lagi bagi warga Kota Kupang, NTT. Dia dikenal karena keterlibatannya dalam pengungkapan sejumlah kasus besar di NTT.
OBED GERIMU - Kupang
BACA JUGA: Toleransi, Pemuda GMIT Gelar Rakor Persiapan Idul Fitri
BUANG Sine merupakan sosok anggota Korps Bhayangkara berprestasi yang patut diteladani. Kemampuannya bekerja dalam tim untuk mengungkap kasus-kasus besar di NTT membuatnya sangat dikenal.
Kasus-kasus yang ditangani penyidik pada Subdit III Jatanras Dit Reskrimum Polda NTT ini tergolong kasus berat, yang merupakan limpahan sejumlah Polres karena mengalami jalan buntu dalam upaya pengungkapan.
BACA JUGA: Mudik Ogah Macet? Sewa Heli aja, nih Tarif Promo
Prestasinya di kepolisian dimulai dari mengungkap kasus pembunuhan Maria Tuto Lewar di Larantuka, Kabupaten Flores Timur, pada tahun 1991.
Selanjutnya di tahun 2008, Buang Sine dan timnya berhasil mengungkap kasus pembunuhan Yohakim Atamaran di Larantuka, termasuk menangani kasus pembunuhan Paulus Usnaat di Kefamenanu, Kabupaten TTU.
BACA JUGA: Mudik Sewa Alphard dan Vellfire, Tarif? Ya Lumayan
Di tahun 2009, Buang Sine dan timnya juga berhasil mengungkap kasus pembunuhan Romo Faustin Sega, Pr di Bajawa, Kabupaten Ngada, termasuk mengungkap kasus pembunuhan Yohakim Langoday di Kabupaten Lembata.
Setahun kemudian, tepatnya tahun 2010, Buang bersama timnya juga berhasil mengungkap kasus pembunuhan Deviyanto Nurdin Bin Yusuf di Maumere.
Selanjutnya, tahun 2011-2014, Buang dimutasikan keluar dari Direktorat Reserse Kriminal Umum, dan tidak lagi diberikan tugas menangani kasus-kasus pembunuhan. Dia malah sempat dimutasi ke Direktorat Shabara, kemudian 'dibuang' ke Polres TTS.
Baru di tahun 2014, Buang Sine dipercayakan oleh Kapolda NTT, Brigjen Endang Sunjaya untuk menuntaskan kasus-kasus yang tertunggak. Dan ia dan timnya berhasil menuntaskan kasus Paulus Usnaat yang sudah mandeg selama 8 tahun.
Pada Januari 2016, pria pemilik motto hidup 'Serahkanlah Semua Rencanamu Kepada Tuhan, Maka Ia Akan Bertindak' itu juga berhasil membongkar kasus aborsi yang melibatkan seorang mantan pejabat di salah satu instansi di NTT.
Selain sebagai penyidik berprestasi, Buang juga memiliki prestasi di luar Polri. Yakni menjadi seorang novelis dan penulis buku.
Sudah empat buku yang ditulisnya, masing-masing, novel Dua Malam Bersama Lucifer (2011), Petualangan Bersama Malaikat Jibrael (2014), Polisi Sampah (2015), dan Buku Pintar Mengungkap Kasus Pembunuhan (2016).
Buku novelnya, Dua Malam Bersama Lucifer (Penerbit Andi Offset Jogja-2011) telah terjual di seluruh Indonesia, bahkan kini sudah diterjemahkan dan dipasarkan di seluruh dunia.
Buku karya Aiptu Buang Sine ini kini bersanding bersama-sama dengan buku Kapolri Jenderal Tito Karnavian di Amazon. Hanya dua orang polisi di republik ini yang bukunya ada di Amazon, yakni buku karya Jenderal Tito Karnavian dan Buku Aiptu Buang Sine.
Buku ini direncanakan akan difilmkan oleh salah satu perusahaan film terbesar di Amerika.
Sedangkan buku terbarunya berjudul Buku Pintar Mengungkap Kasus Pembunuhan (2016), akan diserahkan kepada Kapolri untuk diterbitkan secara terpusat oleh Mabes Polri, dan didistribusikan kepada seluruh anggota Polri di Indonesia sebagai buku pedoman dalam penyelidikan kasus-kasus pembunuhan di lapangan.
Buang Sine yang ditemui Timor Express (Jawa Pos Group) di kediamannya, Kamis (30/6), juga mengungkapkan pengalaman yang paling berkesan selama menjadi anggota Polri. Pengalaman paling berkesan menurut dia adalah saat melakukan penangkapan salah seorang DPO kasus pembunuhan Yohakim Langoday di Bandara Soekarno-Hatta.
“Saat itu saya menangkap sang DPO di bandara Soekarno Hatta dengan menyamar sebagai seorang porter bandara dan berhasil membekuk sang DPO,” kata suami dari Louisa Afryani Nakmanas-Sine dan ayah dari Chornelia Sofia Sine (15 tahun) dan Donny Herman Sine (9 tahun).
Namanya juga hidup, putera dari Herman Sine dan Maria Olla itu juga memiliki pengalaman pahit, di mana setelah berhasil mengungkap berbagai kasus pembunuhan besar di NTT, justru dirinya dimutasi ke mana-mana.
Dalam setahun Buang Sine dimutasikan sebanyak 5 kali, seolah-olah dirinya seorang polisi yang bermental bobrok. Padahal di tangannya berbagai kasus pembunuhan besar berhasil diungkapnya dan telah mengharumkan nama Polda NTT.
Ada juga sebuah hal menarik dari Aiptu Buang Sine. Sampai saat ini dia ke kantor selalu naik ojek. Padahal dirinya dapat saja membeli sepeda motor. Profilnya yang unik kian lengkap, setelah hampir lima tahun terakhir, dia selalu mengunyah sirih pinang.
Ternyata terungkap bahwa dirinya tetap bertahan naik ojek karena ia pernah mengalami sebuah pengalaman mengharukan dengan seorang tukang ojek. Suatu pagi saat dirinya hendak ke kantor dan membayar ongkos ojek sebesar Rp 10.000.
Dia terkesan melihat sang tukang ojek menerima uang pemberiannya dan mencium uang pemberiannya itu serta berkata: Tuhan terima kasih atas berkat pertama-Mu untuk saya hari ini.
Dan perkataan sang tukang ojek itu telah menyentuh hati Aiptu Buang Sine. Dirinya baru menyadari bahwa setiap pagi ia telah memberikan berkat bagi sang tukang ojek itu demi mendapatkan sesuap nasi. Dan mulai saat itu ia dan keluarganya bertekad untuk selalu menggunakan jasa ojek ke mana-mana.
Karena prestasinya yang luar biasa dalam dua tahun (2018-2010) berhasil mengungkap 5 kasus pembunuhan besar di NTT, maka dirinya diperintahkan Kapolda NTT Brigjen Bambang Suedi untuk sekolah perwira gratis, namun dengan halus Aiptu Buang Sine menolaknya.
Peristiwa ini terjadi pada tahun 2008. Dirinya beralasan bahwa ia sudah merasa nyaman dengan pangkat Aiptu.
Selain itu dirinya merasa bahwa biaya di pendidikan sangat besar sehingga dirinya tidak mampu, karena tidak mempunyai uang lantaran masih ada pinjaman di BRI.
Banyak polisi juga yang tidak mengetahui bahwa lambang Polda NTT yang dipakai oleh seluruh anggota Polda NTT itu adalah hasil rancangan Aiptu Buang Sine.
Inilah sumbangsih terbesar dirinya bagi Polda NTT. Sukses Om Buang, semoga menjadi inspirasi bagi banyak orang. (***/stenly/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mudik Mewah, Sewa Gerbong Rp 30 Juta, Fasilitas Wow!
Redaktur : Soetomo