jpnn.com, JAKARTA - Anggota Badan Pengkajian MPR RI Hendrawan Supratikno mengakui bahwa generasi milenial lebih terbuka dalam pemikiran dan bisa dengan mudah mengadopsi nilai-nilai sosial modern. Meski begitu, mereka tidak boleh melupakan Pancasila yang bagi bangsa Indonesia merupakan dasar dan ideologi.
"Generasi milenial harus mengetahui sejarah rumusan Pancasila dimulai dengan Pidato Soekarno di dewan BPUPK pada 1 Juni 1945 yang selanjutnya menjadi Piagam Jakara pada 22 Juni 1945 dan disahkan sebagai konstitusi negara oleh PPKI pada 18 Agustus 1945," kata Hendarawan dalam kuliah umum dan serap aspirasi bertemakan Pemahaman Pancasila dalam Pembangunan Karakter Nasional di Era Milenial, di Universitas Al Azhar, Jakarta, Rabu (4/3).
BACA JUGA: Bamsoet: Tonggak Baru Pembangunan Papua Berdasarkan Nilai-Nilai Pancasila
Dia menjelaskan, Presiden Joko Widodo pada saat ini juga terus memberikan pemahaman Pancasila kepada generasi milenial. Beberapa langkah yang sudah dilakukan presiden yakni salah satunya menetapkan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila.
"Selain itu, Pak Presiden juga mengeluarkan Peraturan Presiden No 7 Tahun 2018 tentang Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). BPIP inilah yang terus bekerja untuk memberikan pemahaman Pancasila kepada para generasi milenial untuk pembangunan karaktern nasional," ujarnya.
BACA JUGA: Respons Bang Sukur Nababan PDIP Tentang Deklarasi Membumikan Pancasila di Kota Bekasi
Lebih jauh, politikus PDI Perjuangan ini mengungkapkan Pancasila pada era milenial ini harus bisa menjadi titik temu, titik tumpu dan titik tuju, sehingga generasi muda Indonesia lebih siap dalam menghadapi tantangan jaman tanpa mengalami perpecahan.
Sementara itu, Sekretaris Program Megister Ilmu Hukum Fakultas Ilmu Hukum Universitas Al Azhar Indonesia Fokky Fuad menjelaskan, falsafah Pancasila tidak terlepas dari gagasan keragaman Bhineka Tunggal Ika. Hal ini bisa dilihat dari eksistensi komunitas Cina Benteng di Kampung Sewan yang membuktikan sebuah relasi hubungan dinamis antara beragam suku bangsa dan etnis di Indonesia.
BACA JUGA: Aziz Syamsudin Ingatkan Karang Taruna Setia Ideologi Pancasila
"Memahami segala permasalahan warga Cina Benteng Kampung Sewan juga berarti melihat ke dalam diri Bangsa Indonesia sendiri. Proses adaptasi kultural yang telah terjadi baik selama ratusan tahun antar suku dan etnis di Kota Tangerang hingga era milenial ini menjadi sebuah gambaran menarik bagaimana kita melihat keindonesiaan dalam diri kita," ungkapnya.
Dekan Fakultas Hukum Universitas Al Azhar Indonesia Yusup Hidayat menambahkan, generasi muda di era milenial saat ini bisa menghayati nilai-nilai Pancasila dengan khidmat tanpa terjebak pada monopoli kebenaran. Era disrupsi memerlukan pegangan ideologi yang kuat dan disaat yang sama membutuhkan kelincahan dalam melakukan inovasi-inovasi sehingga tidak tertinggal dari negara maju, bahkan mudah-mudahan bisa lebih maju dari negara lain.
"Hubungan antara Agama dan Pancasila tidak perlu lagi untuk terus dipertentangkan. Sudah saatnya kita bergandengan tangan dan tidak lagi mengklaim diri paling pancasilais sehingga akan terjebak juga kedalam cara berpikir yang ekstrem dan tentunya berbahaya bagi keutuhan bangsa Indonesia," tutupnya. (dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil