Hepatitis Misterius Menyerang Anak, Retno Singgung Soal Kantin di Sekolah

Kamis, 12 Mei 2022 – 22:45 WIB
Dokumentasi - Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti menyinggung keberadaan kantin di sekolah, menyusul merebaknya hepatitis akut misterius pada anak.

Retno menilai rencana membuka kantin di sekolah saat pembelajaran tatap muka, perlu dievaluasi.

BACA JUGA: Hepatitis Akut Menyebar, PSI Minta Anies Baswedan Lakukan Ini

“Saat PTM dimulai, kemungkinan sekolah tidak mempersiapkan secara khusus untuk mengantisipasi hepatitis misterius."

"Karena tak ada petunjuk khusus juga dari Kemendikbudristek, Kemenag maupun dinas-dinas pendidikan."

BACA JUGA: Mencegah Hepatitis Akut, Wagub Minta Anak-Anak tak Bermain di Kolam Renang

"Namun, karena sudah terkondisi pandemi Covid-19, maka persiapan protokol kesehatan selama ini bisa digunakan untuk antisipasi,” ujar Retno dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis (12/5).

Retno menuturkan kebijakan boleh dibukanya kantin di sekolah dengan batasan pengunjung 75 persen dalam Surat Edaran Sesjen Kemendikbudristek terkait penyelenggaran PTM, penting untuk dievaluasi kembali.

BACA JUGA: Data Terbaru Jumlah Penderita Hepatitis Akut di Jakarta

Sebab, penularan hepatitis akut menyerang anak melalui saluran pencernaan dan saluran pernafasan.

Dia meminta pemerintah segera memonitor dan tidak memberlakukan kembali PTM dengan kapasitas 100 persen, agar bisa melihat perkembangan kasus hepatitis misterius sebagai bentuk pencegahan.

Kondisi makin mengkhawatirkan mengingat tidak adanya petunjuk khusus bagi sekolah dari pemerintah untuk mengantisipasi penularan hepatitis akut di sekitar siswa.

Setiap warga sekolah hanya diminta mematuhi protokol kesehatan Covid-19, seperti memakai masker, menjaga jarak dan mengurangi mobilitas.

Retno menilai pemerintah pusat dan daerah melalui dinas kesehatan perlu segera melakukan sosialisasi dan edukasi kepada para orang tua, terkait informasi jelas tentang hepatitis akut dan upaya pencegahannya.

Hal ini penting untuk mencegah penularan makin meluas.

Langkah lain, dinas pendidikan bersama dinas kesehatan juga diharapkan melakukan sosialisasi pencegahan sekaligus penanganan kepada setiap warga sekolah untuk memahami gejala awal hepatitis akut.

Seperti mual, muntah, sakit perut, diare dan kadang disertai demam ringan, termasuk gejala berat, seperti air kencing berwarna pekat layaknya teh dan BAB berwarna putih pucat.

Retno juga berharap sekolah membangun kerja sama dengan puskesmas terdekat guna membantu pemerintah daerah menyosialisasikan pencegahan virus hepatitis akut kepada warga sekolah secepatnya.

Kepada orang tua, Retno menyarankan terus menjaga kebersihan lingkungan dan diri setiap siswa dengan rajin mencuci tangan, menggunakan peralatan makan atau belajar masing-masing dan memastikan setiap makanan atau minuman yang dikonsumsi anak dalam keadaan matang.

“Sebaiknya orang tua membekali anak-anak ke sekolah dengan makanan dan minuman dari rumah, jangan jajan atau beli sembarangan,” kata dia.

Sementara bagi orang tua yang sudah teredukasi, wajib mengedukasi anak-anaknya terkait penyakit itu, sehingga anak menyadari pentingnya menerapkan protokol kesehatan.

Retno juga meminta setiap orang tua segera membawa anak pergi menemui dokter bila menunjukkan adanya gejala-gejala yang mungkin muncul akibat hepatitis akut, supaya peluang untuk diobati tidak menurun.

“Perlu adanya kerja sama yang solid antara orang tua, tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan agar bisa menemukan gejala hepatitis akut sedini mungkin, sehingga anak segera mendapatkan pertolongan medis."

"Jangan menunggu hingga muncul gejala kuning, bahkan sampai penurunan kesadaran,” pungkas Retno.(Antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Kennorton Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler