jpnn.com, JAKARTA - Ketua umum Perkumpulan Masyarakat Batang (PMB) Dr. (H.C.) Heppy Trenggono mengatakan tantangan petani saat ini lebih berat dibandingkan puluhan tahun lalu.
Untuk itu, dirinya meminta petani dan pemerintah harus saling bahu-membahu untuk meningkatkan kesejahteraan.
BACA JUGA: Kementan Genjot Daya Saing dan Kualitas Panen Demi Kesejahteraan Petani Kalsel
“Menjadi petani di Indonesia saat ini tantangannya lebih berat dibandingkan dengan periode beberapa puluh tahun lalu, maka kita perlu bahu-membahu bersama pemerintah untuk membantu mereka," ungkap Heppy Trenggono saat menjadi pembicara dalam sarasehan bertema "Peluang dalam Budi Daya Pertanian" yang digelar PMB bekerja sama dengan Dinas Pangan dan Pertanian (Dispaperta) Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Rabu (5/6/2024).
Heppy menggarisbawahi industri, masyarakat, hingga petani harus menjadi kesatuan ekosistem ekonomi di Batang.
BACA JUGA: Penyuluh Pertanian Siap Dampingi Petani Menghadapi Musim Tanam
"Mereka saling terkait dan memberikan manfaat satu sama lain," ungkapnya.
Heppy berharap dengan adanya kegiatan semacam ini, pemerintah lebih memahami persoalan pertanian di Batang.
BACA JUGA: Menteri Trenggono Luncurkan Modelling Penangkapan Ikan Terukur Pertama di Indonesia
“Hal ini penting dilakukan untuk membantu petani pada khususnya dan sebagai bagian dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya," ungkap Heppy.
Dalam kesempatan yang sama, Plt Kepala Dinas Pangan dan Pertanian (Dispaperta) Batang Wahyu Budi Santoso mengungkapkan dalam era industrialisasi di Batang saat ini petani jangan sampai hanya sebagai penonton industri.
"Era industrialisasi sekarang petani dan pemerintah harus saling bersinergi sehingga pendapatan petani bisa meningkat," ujar Heppy.
Sementara itu, Founder Kedai Pangan dan Jaring Tani Ahmad Supriyadi memaparkan mengenai budi daya tanaman koro pedang yang telah digelutinya.
“Nilai ekonomis dan strategis dari manfaat koro pedang sangat banyak. Di antaranya untuk mengatasi kebutuhan impor kedelai yang sangat besar,” ujar Ahmad Supriyadi.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich Batari